Suara.com - Mantan Kabareskrim Polri Komjen (Purn) Susno Duadji menyebut, hakim yang menangani kasus pembunuhan berencana Ferdy Sambo Cs telah terpancing kubu para terdakwa agar bisa segera bebas pada 9 Januari 2023 mendatang.
Susno Duadji beralasan, Kuasa Hukum Ferdy Sambo telah memainkan waktu dengan mengulur masa persidangan hingga berjilid-jilid sampai batas penahanan maksimal dalam 90 hari.
"Hakim hanya berwenang menahan 30 hari, diperpanjang 60 hari, menjadi 90 hari. Perkara ini masuk 10 Oktober 2022, maka 9 Januari 2023 habis," kata Susno dalam sebuah diskusi virtual bertajuk ‘Batal Gugat Presiden, Sambo Bebas 9 Januari?’ Minggu (1/1/2023).
Padahal, proses persidangan dalam kasus Sambo Cs masih cukup panjang. Sehingga, Susno meminta para hakim tidak terpengaruh kubu Sambo Cs yang mencoba mengulur waktu dalam masa persidangan.
Baca Juga:Ini Alasan Ferdy Sambo Gugat Presiden Jokowi dan Kapolri ke PTUN
"Belum lagi libur tahun baru, terkejar tidak 9 Januari? Ini berarti sudah terpancing," ucap dia.
Padahal, kata Susno, kasus yang menjerat Mantan Kepala Divisi Propam Polri (Kadiv Propam) ini merupakan kasus yang sangat mudah dan begitu gampang dibuktikan.
"Saya sejak awal bilang, kasus ini adalah kasus-kasus yang sangat gampang untuk dibuktikan," kata Susno.
Bahkan, seharusnya kasus pembunuhan berencana ini ditangani oleh Polsek saja tidak perlu untuk Kapolri ikut turun gunung.
"Kalau ini bukan melibatkan orang gede, sekelas Polsek saja bisa," cetus Susno.
Menurut dia, dari sejumlah alat bukti yang telah ditemukan, seharusnya hakim sudah bisa menyimpulkan apakah kasus ini pembunuhan berencana atau bukan.
Dari pemaparannya, fakta yang bisa dijadikan bukti adalah meninggalnya Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (J), Kemudian, Richard Eliezer Pudihang Lumiu (Bharada E) sudah mengakui menembak Brigadir J.
"Dan katanya yang menyuruh, Bapak itu (Sambo) dan ikut menembak, itu kan sudah cukup alat bukti.
Selain itu, bukti Sambo melakukan penembakkan juga sangat mudah dibuktikan. Karena Bharada E mengaku menembak sekitar lima peluru. Tapi hasil forensik menyebut ada tujuh peluru.
"Dua peluru dari siapa? Yang bersenjata dan menembak di situ dua orang. Jenderal (Sambo) dan E, berarti berdua," jelas dia.
Selain itu, Susno mengungkap, kasus Sambo memenuhi unsur kesengajaan. Hal itu terbukti saat Sambo memberi senjata ke Bharada E.
"Ngapain dikasih kalau cuma diputar-putar untuk koboi-koboian?" ujar dia.