Negara penerima hanya menawarkan kuota yang terbatas. Artinya, mayoritas pengungsi tidak dapat memperoleh penempatan ke negara ketiga meskipun mereka membutuhkan perlindungan dan perlu dipersatukan kembali dengan keluarganya.
UNHCR juga memprioritaskan kasus-kasus yang paling mendesak untuk direkomendasikan. Tak hanya itu, UNHCR terus berupaya mengadvokasi negara-negara penerima agar kuota penempatan ke negara ketiga meningkat setiap tahunnya, dengan tetap mengusahakan jalur-jalur lainnya termasuk sponsor pribadi apabila memungkinkan.
Seluruh rangkaian proses penempatan ke negara ketiga tergantung pada beberapa sesi wawancara, pemeriksaan, yang seringkali memakan waktu beberapa tahun lamanya."Kami selalu ingatkan kepada mereka bahwa penerimaan resettlement adalah keputusan yang dibuat oleh negara penerimanya, bukan UNHCR," ucap Mitra.
Kematian Sang Ayah
Rahima merangkai jalinan peristiwa itu secara terbata-bata saat ku jumpai di indekos tempat dia tinggal di kawasan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada 13 Desember 2022 lalu. Di beranda indekos, Rahima kembali mengingat serangkaian aksi unjuk rasa yang kerap dia ikuti bersama para pengungsi Afghanistan di depan gedung UNHCR. "Hidup kami habis di sini, tidak bisa apa-apa. Tidak bisa bekerja atau sekolah," ucap Rahima seraya mengenang setiap unjuk rasa yang dia ikuti.
Waktu menunjukkan pukul 12 siang. Terik perlahan menjauh, langit berangsur agak mendung. Sesekali sepeda motor melintas ke ujung gang, suaranya seolah timpa-menimpa dengan sorot mata Rahima. Dengan sedikit menundukan kepanya, ingatan saat berada di bangku pesawat ketika meninggalkan kampung halaman seakan belum tuntas.
Dia kenang lagi perpisahannya dengan sang ayah, Sayed Mohammad Husein yang telah meninggal dunia 2020 lalu. Hal itu begitu sangat membekas dalam benak Rahima. Berita kematian sang ayah hanya Rahima terima melalui sambungan telepon.
Kesedihan itu seakan menambah kesusahan hidup Rahima sebagai pengungsi luar negeri di Indonesia. “Bapak saya jual apa saja yang dia punya,” ucap Rahima sambil menuangkan teh untuk ku. “Tanah, rumah, barang-barang habis. Katanya, yang penting saya aman.”
Untuk biaya hidup ketika awal-awal berada di Indonesia, Rahima kerap mendapat kiriman uang dari Afghanistan. Ayah dan pamanannya secara berkala mengirim uang 300 dolar AS setiap tiga bulan.
Baca Juga: Pervez Musharraf Meninggal di Pengasingan, Akibat Penyakit Langka yang Dideritanya Menahun
Lambat laun, kiriman uang semakin menipis, ketika paman Rahima meninggal dibunuh pasukan Taliban pada 2017 lalu. Tak hanya itu, Sayed juga mulai sakit-sakitan hingga akhirnya meninggal.