Kulak-kulik Bohir Politik Anies Baswedan

Bangun Santoso Suara.Com
Selasa, 14 Februari 2023 | 08:59 WIB
Kulak-kulik Bohir Politik Anies Baswedan
Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan keterangan kepada wartawan di depan Ruang Sasana Bhakti Praja, Kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Senin (17/10/2022). [Dok.Antara]

 Denny terang-terangan menyebut bahwa menjadi calon presiden di Indonesia tidak mudah karena butuh biaya triliunan rupiah. Atas dasar itu, wajar saja orang membahas soal bandar atau bohir di belakang Anies Baswedan yang diusung Partai Nasdem sebagai Capres.

"Banyak pertanyaan tentang berapa sih biaya calon presiden kira-kira bisa menang? Meski kita tidak akan pernah biaya sebenarnya, karena masing-masing capres menyembunyikan angkanya," kata Denny dalam tayangan YouTube Cokro TV dengan judul "Denny Siregar: BANDAR DI BELAKANG ANIES?", dikutip SuaraSumbar.id (jejaring Suara.com), Selasa (15/11/2022).

Menurut dia, ongkos politik di negara demokrasi sangat mahal. Mulai dari biaya promosi, biaya saksi, logistik, tim sukses dan tentu juga uang serangan fajar. Menurutnya, hal itu adalah kenyataan minusnya demokrasi di Indonesia.

Denny tak segan-segan menuding, rapuhnya ikatan koalisi Demokrat, Nasdem dan PKS dalam mendukung Anies Baswedan, salah satunya karena uang. Dia menilai, belum ada kecocokan jumlah uang yang disediakan untuk menggerakkan Capres yang akan mereka usung bersama.

"Dari ketiga partai pengusung Anies, hanya Nasdem yang ikut koalisi. Partai Demokrat dan PKS selama 10 tahun menjadi oposisi. Mereka tidak bisa menguasai kebijakan apapun, cadangan kas mereka kering," katanya.

Atas dasar itu, Denny menyebut bahwa pencapresan Anies Baswedan akan bergantung kepada pemodal.

"Mereka bergantung pada para bohir atau seperti yang disebut Fahri Hamzah adalah para bandar. Tentu pengusaha yang selama ini mereka kecam, yaitu para oligarki," katanya.

Peran Bohir Politik Di Pilkada DKI

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro ditemui di Gado-gado Boplo, Menteng, Jakarta, Senin (10/4/2017) [suara.com/Umi Hadya Saleh]
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro ditemui di Gado-gado Boplo, Menteng, Jakarta, Senin (10/4/2017) [suara.com/Umi Hadya Saleh]

Soal fenomena bohir politik di Pilkada DKI 2017 lalu sempat disorot oleh peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat itu, Siti Zuhro. Kata dia, peran investor politik sangat besar di Pilkada DKI saat itu.

Baca Juga: Utang Piutang Anies dan Sandiaga di Pilkada DKI 2017, Fahri Hamzah: Tidak Boleh, Itu Permufakatan Jahat!

Menurut Siti, fenomena bohir politik yang sudah ada sejak pelaksanaan Pilkada serentak 2015 lalu itu bisa jadi penentu kemenangan calon kepala daerah.

"Tentunya peran bohir politik sangat kuat membuat sang calon menang. Ada keberpihakan luar biasa kepada calonnya. Tapi ditempuh dengan tidak kompetisi, tapi misal kita tahu dengan mengotak-atik kotak suara, mengotak-atik daftar pemilih pada akhirnya vote buying," kata Siti di Gado-gado Boplo, Menteng, Jakarta, Senin (10/4/2017).

Kata Siti, banyak dampak yang muncul atas keterlibatan bohir politik meski hanya di balik layar. Duit yang dikucurkan mengakibatkan lahirnya program yang hanya menguntungkan si penyandang dana.

"Akhirnya dampaknya program itu sangat tidak manusiawi, tidak menguntungkan masyarakat luas," ujarnya.

Siti kemudian menjelaskan modus operandi yang dilakukan para bohir politik di pesta demokrasi di Indonesia. Kata dia, pada awalnya dana yang digelontorkan untuk semua pasangan calon.

"Kalau ada empat pasangan calon semuanya dapat uang. Tapi baru akan mengurucut besar pada calon yang pasti menang," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI