Kemudian ia menyampaikan, bahwa adanya dukungan itu untuk sebuah kampanye untuk perubahan dan perbaikan. Menurutnya, jika Pilkada DKI Jakarta kala itu dirinya bersama Sandiaga Uno berhasil memenangkan, maka pinjaman tersebut dianggap lunas dan selesai.
Namun, jika pasangan Anies-Sandiaga kala itu kalah, maka pinjaman tersebut harus dibayarkan atau dilunasi. Lalu Anies menyampaikan, jika pinjaman tersebut Sandiaga berlaku sebagai penjamin saja bukan orang memiliki uang.
"Jadi itu kan dukungan tuh, siapa penjaminnya? Penjaminnya Pak Sandi. Jadi uangnya bukan dari Pak Sandi. Itu ada pihak ketiga yang mendukung, kemudian saya yang menyatakan, ada suratnya, surat pernyataan utang saya yang tanda tangan," ungkap Anies.
"Di dalam surat itu disampaikan apabila Pilkada kalah, maka saya berjanji, saya dan Pak Sandiaga Uno berjanji mengembalikan. Saya dan Pak Sandi, yang tanda tangan saya. Apabila kami menang Pilkada, maka ini dinyatakan sebagai bukan utang dan tidak perlu, artinya selesai lah kira-kira," sambungnya.
Adapun Anies menyampaikan, adanya pinjaman tersebut merupakan cara-cara yang harus diterapkan. Menurutnya, karena adanya pinjaman tersebut dengan metode pelunasan jika menang dianggap selesai, hal itu dianggap efektif.
"Itu mindset baru. Cuma kan itu ada perjanjian yang karena ada seseorang yang mengungkap, ya sekarang kita ceritakan. Ada dokumennya. Jadi kalau suatu saat itu dianggap perlu dilihat, boleh saja, wong tidak ada sesuatu yang luar biasa di situ," imbuhnya.
Siapa Bohir Politik Anies?
![Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. [Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/02/09/75953-anies-baswedan-dan-sandiaga-uno.jpg)
Jika merujuk penjelasan Anies soal utang piutang itu, ia menyebut bahwa uang miliaran rupiah itu bukan milik Sandiaga, tapi pihak ketiga. Artinya, ada sosok atau beberapa orang yang menyokong secara finansial membantu dirinya untuk biaya politik di Pilkada DKI.
Pertanyaannya, siapa bohir politik Anies? Hal ini tidak dijelaskan secara gamblang oleh Anies. Kembali merujuk pada penjelasannya, uang itu berasal dari pihak ketiga sebagai pendukung. Sementara Sandiaga hanya sebagai penjamin.
Namun yang perlu digarisbawahi adalah, Anies mengatakan, jika gagal menang di Pilkada DKI 2017 lalu, maka dirinya dan Sandiaga wajib melunasi utang tersebut. Maka sesuai pameo 'tak ada makan siang gratis', artinya, Anies harus mati-matian agar menang Pilkada agar utang miliaran rupiah itu bisa dianggap lunas.
Lagi-lagi yang masih menjadi misteri adalah sosok bohir itu siapa, hal inilah yang belum terungkap. Meski pada dasarnya mahfum dalam tiap kontestasi politik banyak isu soal penyandang cuan gentayangan.
Bohir sendiri merunut penjelasan beberapa sumber merupakan bahasa asing dari Belanda. Tepatnya ditulis bouwheer yang berarti pemborong atau kontraktor. Struktur katanya berasal dari bouwen (membangun) dan heer (tuan).
Dengan demikian bohir atau bouwheer, memiliki arti pemilik modal, pemilik proyek, atau bisa juga diartikan sebagai owner.
Dalam percakapan sehari-hari, bohir biasanya merujuk pada pemberi modal dalam kegiatan politik. Bohir adalah penyokong modal bagi konstestan yang berlaga di ajang politik.
Soal bohir politik ini juga disorot oleh pegiat media sosial Denny Siregar yang memang cakap mengkritisi Anies.