Lalu apa itu eksploitasi?
Eksploitasi anak sendiri merujuk pada tindakan orang yang memanfaatkan anak untuk kepuasan atau keuntungan sendiri. Perlakuan eksploitasi juga kerap membuat anak dalam bahaya, serta merasakan perlakuan tidak adil dan kejam.
Berdasarkan Pasal 13 ayat (1) huruf b UU Perlindungan Anak, eksploitasi merupakan perbuatan yang bertujuan memperalat, memanfaatkan, atau memeras anak. Tujuannya demi mencapai keuntungan pribadi atau golongan.
Secara umum ada dua bentuk eksploitasi anak, yakni eksploitasi seksual dan eksploitasi ekonomi. Eksploitasi seksual merupakan penyalahgunaan posisi rentan, kekuasaan memengaruhi atau memanfaatkan kepercayaan anak.
Tujuan eksploitas seksual memperoleh keuntungan ekonomi, sosial, atau politik dari eksploitasi anak dan kepuasan seksual pribadi. Contoh dari eksploitasi seksual adalah pelacuran anak, perdagangan anak, pornografi anak, perbudakan seksual anak dan lain-lain.
Sementara itu, eksploitasi ekonomi adalah penggunaan anak dalam pekerjaan atau kegiatan untuk kepentingan orang lain, tetapi tidak terbatas pada pekerja anak.
Eksploitasi ekonomi memiliki manfaat tertentu dengan mempekerjakan anak agar memperoleh manfaat dari proses produksi, distribusi, dan konsumsi barang atau jasa.
Kontributor : Trias Rohmadoni
Baca Juga: Mengapa Oknum Polisi dalam Kasus Pemerkosaan ABG di Sulteng Belum Jadi Tersangka?