"Kami tidak tahu HP yang mana yang kena. Kami belum melakukan pemeriksaan," katanya kepada IndonesiaLeaks.
Penggunaan Pegasus sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, dua informan IndonesiaLeaks mengungkap indikasi penggunaan alat sadap dalam kontestasi politik nasional pada Pemilu 2019 silam.
Informan tersebut bahkan merujuk pada nama Sakti Wahyu Trenggono yang disebut memiliki peran sentral dalam menggunakan alat sadap pada saat gelaran politik lima tahunan itu.
Sebelum menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan, sosok Sakti Wahyu Trenggono tercatat sebagai Bendahara Tim Kampanye Nasional atau TKN Jokowi-Ma'ruf Amin. Pengusaha di bidang telekomunikasi dan kerap dijuluki 'Raja Menara' ini diduga memiliki ruangan khusus di rumahnya, ada yang menyebut ruangan bawah tanah, untuk memenangkan Jokowi dalam kontestasi Pilpres 2019.
Bahkan menurut dua sumber yang tahu keberadaan lokasi ruangan itu, menyebut secara spesifik, bahwa alat yang digunakan berasal dari Israel.
Bahkan seorang mantan pejabat pada periode pertama Jokowi mendapat informasi, bahwa alat tersebut adalah Pegasus. Alat yang dimiliki Trenggono itu diduga bisa masuk ke grup-grup WhatsApp lawan politik Jokowi.
Saat diminta konfirmasi mengenai informasi tersebut, Trenggono memilih menolak berkomentar tim Indonesia Leaks usai memberikan keterangan resmi terkait kebijakan ekspor pasir laut di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada Rabu (31/5/2023).
Bahkan, sejumlah penjaga dan petugas keamanan Trenggono menghalang-halangi hingga main fisik saat tim IndonesiaLeaks ingin memastikan kabar kepemilikan alat sadap itu.
Meski begitu, tidak diketahui dengan pasti asal-usul alat yang ditengarai dimiliki oleh Trenggono bisa sampai ke Indonesia. Pasalnya, dalam beberapa kali pengecekan data-data importasi seperti nama barang hingga perusahaan pengimpor barang tidak tercatat di otoritas kepabeanan.
Baca Juga: Dewas KPK Terima 1.460 Pemberitahuan Penyadapan dari Penyidik Sepanjang 2022
Praktik Bawah Tangan
Namun, sumber IndonesiaLeaks mengungkap, praktik tidak lazim dalam importasi alat sadap. Pembeliannya bahkan bisa dilakukan bawah tangan.
Proses transaksi jual beli alat sadap lewat bawah tangan itu dimungkinkan terjadi karena adanya celah, baik dari sisi regulasi maupun mekanisme pemeriksaan di pintu masuk barang dari luar negeri.
Berdasarkan informasi yang dihimpun IndonesiaLeaks, alat-alat sadap dari luar negeri biasanya 'diselundupkan' melalui barang bawaan penumpang. Modus ini sering ditemukan karena barang sadap yang relatif kecil dan mudah ditenteng penumpang.
Petugas bandara baru bisa mengidentifikasi kalau barang tersebut alat sadap atau bukan, jika masuk melalui X-ray. Sebagian kasus bisa dilacak, sebagian lagi tidak bisa, lantaran jenis barang yang sudah diidentifikasi petugas di bandara.
Namun, hal itu akan rumit lagi jika alat sadap atau peretas berbentuk software atau malware base seperti Pegasus atau alat zero click milik Polri. Sebab, pengawasannya akan lebih longgar, karena tidak melalui perdagangan secara fisik.