Prabowo mengatakan Mirage 2000-5 juga sudah mengadopsi teknologi yang sangat canggih. Menurut Prabowo, Mirage 2000-5 ini bisa menjadi pesawat transisi untuk pilot-pilot sembari menunggu kedatangan pesawat asal Perancis, Dassault Rafale yang sudah dalam tahap pembelian.
"Dan nanti mengarah kepada Rafale. Jadi ini lah pilot-pilot kita nanti akan kita latih di Mirage. begitu Rafale datang dia akan transisi ke Rafale," kata Prabowo.
Sebelumnya, Prabowo menjelaskan alasan di balik pembelian 12 pesawat bekas jenis Mirage 2000-5 dari Qatar.
Menurutnya, pembelian pesawat bekas tersebut merupakan langkah praktis untuk memenuhi kebutuhan pesawat tempur di Indonesia, khususnya TNI AU.
Pasalnya, saat ini banyak pesawat tempur milik Indonesia yang keadaannya sudah tua dan harus refurbished. Belum lagi pesawat-pesawat yang butuh perbaikan. Karena itu dibutuhkan pesawat tempur pengganti untuk mengisi kekosongan atau dari pesawat-pesawat sebelumnya.
"Ini butuh waktu kurang lebih satu tahun atau 18 bulan lagi untuk mengoperasionalkan semua pesawat tempur kita sekarang," kata Prabowo.
Sementara untuk pembelian pesawat baru dibutuhkan jangka waktu yang lebih panjang, ketimbang membeli pesawat bekas dari Qatar.
Prabowo mencontohkan, semisal pembelian pesawat tempur Dassault Rafale dari Perancis dan F-15EX dari Amerika Serikat yang sedang dalam penjajakan. Rafale, misalnya, diperkirakan pengirimian pesawat baru itu terlaksana tiga tahun lagi atau pada 2026.
"Nah dengan gitu kita lihat yang mana, kita lihat yang potensial adalah Mirage 2000-5," kata Prabowo.
Prabowo mengatakan kendati pesawat bekas, pembelian Mirage 2000-5 merupakan hal sulit. Pasalnya banyak negara yang juga tertarik membeli.