Relawan Jokowi: Kasus Korupsi BTS 4G Pengkhianatan Cita-cita Reformasi 98

Erick Tanjung Suara.Com
Kamis, 06 Juli 2023 | 19:04 WIB
Relawan Jokowi: Kasus Korupsi BTS 4G Pengkhianatan Cita-cita Reformasi 98
Terdakwa kasus dugaan korupsi penyediaan menara base transceiver station (BTS) 4G dan infrastuktur pendukung 1, 2, 3, 4, dan 5 Bakti Kominfo tahun 2020-2022 Johnny G Plate mengikuti sidang dakwaan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Selasa (27/6/2023). [Antara/Galih Pradipta].

Suara.com - Ketua Umum Relawan Gerakan Indonesia untuk Jokowi (Gijow) Ates Pasaribu mengatakan kasus korupsi BTS 4G yang melibatkan Eks Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate merupakan masalah ekonomi politik yang berimplikasi luas.

Di satu sisi, kasus ini menggelapkan dana publik untuk keuntungan pribadi. Di sisi lain, juga merupakan cerminan dari ekonomi politik Indonesia dengan lemahnya kelembagaan dan tingginya tingkat korupsi.

Ates menuturkan, ekonomi politik Indonesia telah dibentuk oleh sejarah kolonialisme dan otoritarianisme. Negara ini diperintah oleh Belanda selama lebih dari 300 tahun, dan kemudian oleh serangkaian rezim otoriter setelah kemerdekaan.

"Warisan ini membekas dalam masyarakat Indonesia, sehingga sulit untuk membangun institusi yang kuat dan menegakkan supremasi hukum," kata Ates dalam keterangannya, Kamis (6/7/2023).

Dia menerangkan, korupsi merupakan masalah utama di Indonesia. Menurut Transparency International, Indonesia menempati peringkat 102 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsinya. Artinya, Indonesia dianggap lebih korup dibandingkan sebagian besar negara di dunia.

Kasus korupsi BTS ini merupakan gejala dari masalah korupsi yang lebih luas di Indonesia. Ini adalah pengingat bahwa ekonomi politik negara masih berjuang untuk mengatasi warisan kolonialisme dan otoritarianisme.

"Kasus tersebut juga berimplikasi pada masa depan Indonesia. Jika pemerintah tidak mampu mengatasi korupsi secara memadai, hal itu akan terus merusak pembangunan ekonomi negara dan kemajuan sosial," terangnya.

Selain faktor ekonomi politik, kasus korupsi BTS juga bisa dilihat sebagai cerminan dari kekuatan kepentingan pribadi di Indonesia. Industri telekomunikasi adalah sektor yang menguntungkan, dan ada kepentingan kuat yang diuntungkan dari korupsi di sektor ini. Kepentingan-kepentingan ini mungkin berperan dalam memfasilitasi korupsi yang terjadi di proyek BTS.

Kasus korupsi BTS merupakan skandal serius yang merusak reputasi pemerintah Indonesia. Ini juga menjadi pengingat akan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam membangun institusi yang kuat dan memerangi korupsi.

Baca Juga: Johnny G Plate Ungkap Perintah Jokowi di Pusaran Korupsi BTS Kominfo, PDIP: Perintah yang Mana?!

"Kasus ini akan diawasi ketat oleh masyarakat Indonesia dan dunia internasional," katanya.

Aspek ekonomi

Korupsi proyek pembangunan BTS berdampak langsung pada infrastruktur telekomunikasi. Dana yang seharusnya digunakan untuk membangun BTS dan memperluas jangkauan layanan telekomunikasi dapat disalahgunakan. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan industri telekomunikasi, mengganggu kualitas sinyal, dan menunda peningkatan konektivitas di daerah yang membutuhkan.

Kasus ini menganggu iklim investasi, sehingga dapat menimbulkan ketidakpastian dan ketidakpercayaan bagi investor. Ketidakstabilan politik dan persepsi korupsi yang tinggi dapat mengurangi minat investor dalam sektor telekomunikasi. Hal ini berpotensi menghambat pertumbuhan industri, peningkatan teknologi, dan penciptaan lapangan kerja baru yang berhubungan dengan sektor tersebut.

"Kasus ini berdampak langsung pada kerugian keuangan negara dan dapat membatasi kemampuan pemerintah untuk membiayai proyek dan program penting lainnya, termasuk di sektor infrastruktur dan pelayanan publik," tuturnya.

Aspek Politik

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI