Mengutip laman uns.ac.id, awalnya Benteng Vastenburg diberi nama Fort De Grootmoedigheld. Namun akhirnya diubah menjadi Vastenburg yang berarti istana yang dikelilingi tembok kuat.
Benteng tersebut dibangun diantara Keraton Kasunanan Surakarta dengan rumah Gubernur Belanda di Solo.
Karena itulah, Benteng Vastenburg digunakan pasukan Belanda untuk mengawasi aktivitas di Keraton Surakarta cejak masa pemerintahan Paku Buwono III.
Arsitektur Benteng Vastenburg
Secara umum, bentuk Benteng Vastenburg ama dengan benteng lainnya yang dibangun oleh Belanda, yakni berbentuk bujur sangkar dengan sebuah ruangan di tiap ujungnya, untuk Teknik peperangan yang disebut Seleka (bastion).
Pintu masuk benteng berada di sebelah barat dan timur, dilengkapi dengan jembatan jungkit. Di benteng itu juga terdapat beberapa barak yang dibangun secara terpisah.
Sementara di bagian tengah benteng terdapat lahan terbuka yang cukup luas, fungsinya adalah untuk Latihan pasukan serta apel bendera.
Vastenburg pasca kemerdekaan
Pada 1942, Belanda menyerahkan Benteng Vastenburg ke tentara Jepang. Lalu pada 1945, ketika Indonesia merdeka, benteng tersebut jatuh ke pihak Indonesia dan dimiliki oleh warga sipil.
Baca Juga: Polemik Benteng Vastenburg Disita Kejagung Gegara Korupsi Benny Tjokro
Namun pada 1970 hingga 1980an, vastenburg digunakan untuk pelatihan prajurit dan pusat Brigadir Infantri 6/Trisakti Baladaya/Kostrad untuk wilayah Karesidenan Surakarta dan sekitarnya.