Kontroversi Butet Kertarajadsa, Harusnya Belajar dari Lekra?

Kamis, 07 Desember 2023 | 16:56 WIB
Kontroversi Butet Kertarajadsa, Harusnya Belajar dari Lekra?
Seniman sekaligus budayawan Yogyakarta, Butet Kartaredjasa saat diwawancarai. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

Suara.com - Belakangan ini seniman Butet Kartaredjasa menjadi sorotan publik. Lantaran ia mengaku mengalami intimidasi yang diduga dilakukan oleh aparat kepolisian. Dugaan adanya intimidasi itu kabarnya dialami oleh Butet saat menggelar acara teater berjudul "Musuh Bebuyutan" di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat (1/12/2023) lalu.

Namun, Polda Metro Jaya telah menyangkal adanya intimidasi yang ditudingkan oleh Butet. Selain itu, penyelenggara pentas teater, PT Kayan Production juga turut membantah jika ada intimidasi yang dilakukan kepolisian saat acara teater yang dilakoni Butet digelar di TIM.

Adanya bantahan yang disampaikan polisi dan penyelenggara pentas, Butet diminta tidak melakukan provokasi terkait tudingan yang disebarkan ke publik.

Seperti yang diketahui, kontroversi Butet di dunia politik tak hanya sekali dilakukan. Ada beberapa tindakannya yang kerap dianggap melakukan provokasi. Berikut ulasannya.

Butet Dianggap Menyindir Anies dan Prabowo Lewat Pantun

Dalam perayaan puncak Bulan Bung Karno pada Sabtu (24/6/2023) lalu, Butet menyampaikan pantun yang menyebut adanya calon presiden pandir dan si hobi culik.

"Di sini menyebutnya banjir, di sana menyebutnya air yang parkir. Begitulah kalau otaknya pandir," demikian bunyi salah satu pantun yang disampaikan Butet.

Butet kemudian membacakan pantun soal adanya sosok yang diincar oleh KPK karena nyolong, namun malah koar-koar mau dijegal.

"Pepes ikan dengan sambel terong, semakin nikmat tambah daging empal. Orangnya diteropong KPK karena nyolong, eh lha, kok koar-koar mau dijegal," ucap Butet.

Baca Juga: Profil dan Agama Butet Kartaredjasa, Seniman yang Diintimidasi Polisi?

Bahkan, Butet menyebut jika hati seluruh rakyat Indonesia akan sedih kalau dipimpin presiden yang hobinya menculik.

"Hati seluruh rakyat Indonesia pasti akan sedih, jika kelak ada presiden hobinya kok menculik," kata dia.

Butet Harusnya Belajar dari Lekra

Kejadian pembacaan puisi dan pantun yang dinilai menyindiri dua bakal capres kala itu, pun membuat Butet mendapat banyak perhatian dari para pengamat politik. Salah satunya Analis Komunikasi Politik dari Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting.

Menurutnya, puisi atau pantun yang dibacakan seniman Butet mengarah pada propaganda politik dan mengingatkan publik kepada gaya seniman Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) di tahun 1960-an.

Sekamat Ginting mengatakan seharusnya pengalaman Lekra bisa menjadi pembelajaran bagi para seniman saat ini untuk bisa memisahkan karya seni dan politik. Namun, juga bukan melarang seniman turut aktif dalam berpolitik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI