"Mereka memiliki kelemahan secara fisik dalam pengertian tampaknya mereka sulit untuk melakukan perlawanan frontal terhadap orang dewasa terhadap orang tua mereka. Demikian pula mereka memiliki kelemahan secara psikologis, yaitu mereka relatif mudah untuk diintimidasi, mudah untuk dipersuasi, mudah untuk apapun namanya ketika daya kendali psikologis anak-anak itu dirampas oleh pihak lain," tuturnya.
Cium Kening dan Tangan Terikat
Polisi sempat mengungkap sebelum melompat salah satu korban inisial EA sempat mencium kening istri dan dua anaknya.
Kapolsek Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya saat itu menyampaikan hal ini berdasar hasil rekaman kamera pengawas atau CCTV di lift apartemen. Dalam rekaman video tersebut terlihat EA selaku kepala keluarga mencium kening istrinya AIL serta dua anaknya JWA dan JL.
"Pukul 16.04 WIB para korban ini masuk dalam lift terekam (CCTV) EA mencium-cium kening dari ketiga orang lainnya," kata Agus kepada wartawan, Minggu (10/3).
Dalam rekaman video tersebut, lanjut Agus, terlihat juga korban AIL mengumpulkan seluruh handphone atau HP milik korban.
"Setelah dicium-cium keningnya (oleh korban EA), AIL (istri) terlihat mengumpulkan handphone-handphone dari semuanya untuk naik ke atas," jelas Agus.
Selain menemukan bukti rekaman CCTV sebelum kejadian, polisi juga menemukan bukti berupa tali yang terikat pada lengan keempat jenazah.
Agus menyebut keempat korban sudah dua tahun tidak tinggal di unit apartemen tersebut. Mereka baru terlihat datang kembali pada Sabtu (9/3) lalu saat peristiwa ini terjadi.
Baca Juga: Lindungi Anak di Apartemen, KPAI Minta Fasilitas dan Perhatian Pemerintah