Sosok yang lama tinggal di Rusia ini sekembalinya ke Indonesia pada 4 Desember 1956 ditunjuk sebagai penasihat pribadi Presiden Soekarno.
Setahun sebelum ditunjuk sebagai penasihat pribadi Soekarno, Semaoen pernah menguraikan gagasan mengenai pemindahan ibu kota melalui prasaran panjang untuk Kongres Murba pada 1955.
Prasaran itu kemudian diterbitkan sebagai brosur bertajuk Kodrat Alam Baru Perekonomian Dunia untuk Kesedjahteraan Ummat Manusia.
"Di prasaran itu, Semaoen sempat menekankan pentingnya transmigrasi untuk Indonesia termasuk mengajukan rencana pemindahan bangsa-bangsa ke Kalimantan," kata sejarawan Harry A Poeze.
Tak cuma sekali, Semaoen tercatat pernah mengulangi gagasannya untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan beberapa kali. Usulan itu bahkan disambut positif Presiden Soekarno.
Meski begitu, urung ada kajian yang mendalam apakah Soekarno kemudian melanjutkan gagasan Semaoen itu.
Sementara itu, pernyataan yang menyebutkan Soekarno telah lama menggagas untuk memindahkan ibu kota ke luar Jakarta, salah satunya muncul dari sosok Roosseno.
Eks Menteri Pekerjaan Umum dan Perhubungan yang juga berprofesi sebagai arsitek itu menyebut Soekarno punya ide yang urung jadi kenyataan dengan memindahkan ibu kota Republik Indonesia di Kalimantan. Ia menyebut lokasinya di Palangkaraya.
"Bung Karno punya ide yang tak jadi kenyataan membuat ibu kota RI di Kalimantan, kira-kira di Palangkaraya. Mengapa? Sebab pemerintah RI belum pernah membuat kota sendiri. Semua kota yang ada sekarang peninggalan kolonial," ujarnya yang kemudian dikutip Olly G.S dalam tulisan Soekarno Sang Arsitek yang diterbitkan dalam majalah Kartini edisi 286 tahun 1985.
Mengutip dari buku bertajuk Soekarno dan Desain Rencana Ibu Kota RI di Palangkaraya, Wijanarka menulis Soekarno pernah menggagas menjadikan Palangkaraya sebagai ibu kota menggantikan peran Jakarta.