Suara.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melaporkan bahwa Indonesia menghadapi defisit tenaga pendidik sebesar 1,3 juta guru pada 2024.
Dari jumlah ini, lebih dari 700.000 guru honorer telah berupaya menutup kekosongan tersebut di berbagai daerah. Namun, tantangan masih ada, karena banyak dari mereka menerima upah yang belum sesuai dengan standar yang layak.
Dalam kondisi ini, keterlibatan sektor swasta menjadi semakin penting untuk mendukung dan memperbaiki kesejahteraan para pendidik di seluruh Indonesia.
Nyalanesia, sebagai salah satu inisiatif dari sektor swasta, telah mengambil langkah proaktif melalui program Penggerak Literasi Daerah (PLD) yang bertujuan untuk memberdayakan ekonomi dan meningkatkan literasi di berbagai daerah.
Penggerak Literasi Daerah (PLD) adalah inisiatif yang menggerakkan literasi di daerah-daerah melalui seleksi, pelatihan, dan fasilitasi.
Program ini menargetkan guru honorer (GTT) serta calon guru—baik lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang belum bekerja maupun peserta Program Profesi Guru (PPG)—untuk dikembangkan secara profesional.
Peserta PLD ini dilatih untuk mensosialisasikan program-program literasi yang dikembangkan oleh Nyalanesia sekaligus membangun kolaborasi dengan sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Pada 2024 ini, Nyalanesia melakukan rekrutmen secara nasional untuk program PLD, dengan jumlah pendaftar yang mencapai hampir 4.000 orang.
Setelah melalui tahapan seleksi berkas dan ujian tertulis, tersaringlah 496 kandidat yang berhak mengikuti tahap Uji Penerjunan ke sekolah-sekolah.
Baca Juga: Ancaman Nyata AI: Pekerjaan Manual Manusia Jadi Terasa Tidak Berharga
Program literasi utama yang akan disosialisasikan oleh PLD adalah Sekolah Literasi Nasional (SLN), sebuah program yang dirancang untuk menciptakan transformasi literasi dan pendidikan berkemerdekaan di sekolah-sekolah di Indonesia.