Potret Pendidikan Anak Penyandang Disabilitas di Indonesia, Menagih Hak untuk Setara

Jum'at, 14 Maret 2025 | 23:40 WIB
Potret Pendidikan Anak Penyandang Disabilitas di Indonesia, Menagih Hak untuk Setara
potret pendidikan anak penyandang disabilitas Indonesia (Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Perlu diupayakan juga untuk menyediakan sekolah yang bisa menjangkau anak-anak disabilitas yang kesulitan secara mobilitas atau mental untuk bergabung dalam kegiatan belajar reguler di dalam kelas," kata Irma.

Selain fokus pada aksesibilitas dan mobilitas, pemerintah juga dinilai perlu fokus membuat program persiapan bagi anak penyandang disabilitas untuk memasuki dunia kerja setelah lulus sekolah.

Rekomendasi UNICEF untuk pendidikan anak penyandang disabilitas (Suara.com/UNICEF)
Rekomendasi UNICEF untuk pendidikan anak penyandang disabilitas (Suara.com/UNICEF)

Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Maniza Zaman menyebut setiap anak berhak mendapatkan peluang yang sama untuk berkembang tanpa memandang kemampuan mereka. Namun, anak penyandang disabilitas seringkali menghadapi ketidaksetaraan dalam semua aspek perkembangan.

"Kita harus mengakui dan mengatasi tantangan ini agar Indonesia benar-benar inklusif dan bisa memanfaatkan potensi tanpa batas setiap anak," ujar Maniza dalam siaran pers yang diterima Suara.com.

Dalam laporan Analisis Lanskap Anak-anak dengan Disabilitas di Indonesia yang diluncurkan oleh UNICEF, UNICEF memberikan rekomendasi prioritas tinggi jangka pendek untuk memenuhi hak-hak anak penyandang disabilitas di sektor pendidikan, yakni mengembangkan program pemantauan dan skrining perkembangan berbasis sekolah yang sistematis dengan jalur rujukan. Spesialis Komunikasi UNICEF Indonesia, Kinanti Pinta Karana mengatakan, rekomendasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal terkait disabilitas serta memberikan dukungan dan intervensi yang berpusat pada keluarga dan anak.

Selain itu, UNICEF juga merekomendasikan agar pemerintah pusat melakukan analisis sektor pendidikan inklusif untuk memberikan informasi berbasis bukti dalam upaya memperkuat sistem pendidikan inklusif di seluruh tingkat pendidikan.

"Penelitian ini akan mengidentifikasi isu-isu terkait pasokan, kualitas, dan permintaan, serta disparitas dalam akses dan pembelajaran untuk anak penyandang disabilitas," kata Kinanti saat dikonfirmasi Suara.com.

Di sisi lain, Shobirin, paman Aminudin mengaku sudah tidak banyak berharap dengan pendidikan untuk sang keponakan yang mengalami disabilitas. Di usia Aminudin yang menginjak 23 tahun, Shobirin merasa sudah sangat terlambat untuk mengejar berbagai ketertinggalan keponakannya. Kini, ia hanya berharap Aminudin bisa mendapatkan penghidupan yang layak dan diperlakukan setara seperta orang tanpa disabilitas di tengah masyarakat.

Shobirin bercerita, hingga kini Aminudin seringkali mendapatkan stigma buruk dari masyarakat. Tak sedikit orang yang mengganggu Aminudin hingga mengejeknya karena ia memiliki kondisi khusus. Shobirin ingin agar pendidikan di Indonesia dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap seseorang dengan penyandang disabilitas.

“Setidaknya perlakukan dia (Aminudin) sama dengan orang normal. Biar dia bisa hidup seperti orang normal, tidak diejek, dijahili. Kalau bisa memilih, saya yakinlah dia gak mau jadi disabilitas. Jadi saling mengerti saja,” ujar Shobirin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI