Rocky Gerung kemudian mempertayakan alasan Indonesia dapat memperoleh bonus demografi yang disebut oleh Gibran Rakabuming.
"Dari segi teori, kita mulai mengerti bahwa memang akan ada persaingan akibat dividen demografi karena ada insentif, ada investasi di dalam struktur kependudukan kita. Lalu kita mulai bertanya, seandainya bonus demografi itu diperoleh oleh Indonesia, alasan memperolehnya apa? Apa karena makan siang bergizi tiba-tiba kita mendapat bonus demografi?" imbuhnya lagi.
Pembawa acara lalu menanyakan perihal segi populasi penduduk Indonesia. Rocky Gerung membandingkan apakah usia produktif Indonesia pada periode tersebut dapat bersaing dengan rentang usia serupa di negara tetangga.
"Jumlah populasi itu bonus demografi tetapi apakah dari bonus itu ada dividen yang bisa kita tukar tambahkan dengan dividennya Singapura, dividennya Filipina, dividennya Thailand, Australia, Jepang. Kan kata bonus demografi itu harusnya diperhatikan dengan baik, anak muda kita usia produktif itu berapa? 15 sampai 60 tahun itu apakah bersaing dengan usia 15 sampai 60 tahun juga di negara-negara yang setara dengan kita? Itu baru ada makna terhadap tentang istilah tersebut," pungkasnya.
Unggahan itu pun menuai beragam tanggapan dari publik.
"Nggak level Rocky Gerung harusnya ngomentarin hal kayak gitu, lah wong yang dikomentarin aja asal-usul pendidikannya nggak jelas," komentar @v4n*_****
"Gibran ngomongnya ketinggian, kerja aja boleh dikasih," tambah @surp*_*
"Dia cuma mikir tentang 'bonus', maklum aja dia cuma ingat lolos cawapres karena bonus perubahan konstitusi," sambung @join*******
"Bonusnya apa, nyari kerja aja susah, pekerja selalu dihargai upah minimum, pada prakteknya malah banyak yang setengah minimum regional. Kalau minimum yang didapat bagaimana cara pekerja itu akan membuat keluarga sejahtera, bahkan untuk dirinya saja sulit," tulis @sambo*******
Baca Juga: Monolog Gibran soal Bonus Demografi Dicibir Warganet, Akademisi: Anak Muda Rentan dan Terpinggirkan