Indeks Kebebasan Pers Dunia 2025: Tekanan Ekonomi Jadi Musuh Utama Jurnalisme Global

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 02 Mei 2025 | 18:18 WIB
Indeks Kebebasan Pers Dunia 2025: Tekanan Ekonomi Jadi Musuh Utama Jurnalisme Global
Ilustrasi kebebasan pers. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Di negara bagian seperti Arizona, Florida, Nevada, dan Pennsylvania, lebih dari 60 persen jurnalis menyatakan bahwa upah layak semakin sulit dicapai, dan 75 persen responden mengatakan bahwa media menghadapi tantangan serius untuk bertahan hidup secara finansial.

Pemerintahan Donald Trump, dalam periode keduanya, memperburuk keadaan dengan menggunakan dalih ekonomi untuk memangkas pendanaan publik media, termasuk USAGM yang mengelola Voice of America dan Radio Free Europe. Akibatnya, lebih dari 400 juta orang di seluruh dunia kehilangan akses ke informasi yang terpercaya.

Dominasi Platform Digital dan Oligarki Media

Tekanan ekonomi media semakin diperparah oleh dominasi raksasa teknologi seperti Google, Apple, Facebook, Amazon, dan Microsoft. Platform-platform ini menyedot sebagian besar belanja iklan yang sebelumnya menopang media berita. Pada 2024, pengeluaran iklan di media sosial mencapai USD 247,3 miliar — meningkat 14 persen dari tahun sebelumnya — namun tidak berdampak positif pada industri berita.

Masalah lain adalah konsentrasi kepemilikan media. Di 46 negara, kepemilikan media sangat terkonsentrasi, bahkan dikendalikan penuh oleh negara atau oligarki. Rusia (peringkat 171) dan Hungaria (peringkat 68) adalah contoh ekstrem. Di Rusia, media berada di bawah kendali Kremlin atau oligarki dekat pemerintah, sementara di Hungaria, pemerintah mendikte arah editorial melalui distribusi iklan negara yang tidak merata.

Jalan Keluar: Reformasi dan Dukungan Ekonomi yang Adil
RSF menekankan bahwa solusi untuk memperbaiki krisis ini bukan sekadar teknis, tetapi memerlukan reformasi struktural dan dukungan finansial yang adil dan transparan. Tanpa itu, informasi yang bebas, akurat, dan melayani kepentingan publik akan terus tergerus.

“Ekonomi media harus segera dikembalikan ke kondisi yang sehat dan adil. Kemandirian finansial adalah syarat utama bagi jurnalisme berkualitas dan kebebasan pers sejati,” tegas Bocandé.

Dengan lebih dari separuh negara di dunia kini berada dalam kondisi jurnalisme yang buruk, tahun 2025 menjadi titik kritis dalam sejarah kebebasan pers. Jika tidak ada intervensi nyata, masa depan informasi yang bebas dan dapat dipercaya semakin suram.

Baca Juga: Siap Lawan Kim Soo-hyun, Keluarga Klaim Kim Sae-ron Punya 5 HP dan 4 Laptop

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI