Sayangnya, perubahan iklim mengancam eksistensi plankton secara langsung. Suhu laut yang menghangat menyebabkan arus laut terganggu, sehingga nutrisi dari dasar laut sulit naik ke permukaan. Akibatnya, populasi fitoplankton menurun drastis.
Bahkan, beberapa studi terbaru menunjukkan bahwa dalam kondisi tertentu, fitoplankton justru bisa berubah fungsi menjadi penghasil karbon alih-alih penyerap.
Tak hanya itu, frekuensi ledakan populasi alga (blooming) akibat pemanasan global juga meningkat tajam. Antara tahun 2003 hingga 2020, ukuran global ledakan alga meningkat sebesar 13%, dan frekuensinya naik hingga 59%.
Saatnya Bertindak
Kepunahan spesies dan terganggunya siklus karbon laut bukan ancaman masa depan—ini adalah krisis yang sedang terjadi saat ini. Jika plankton, sang penjaga tak terlihat lautan, tak lagi mampu menjalankan perannya, maka efek domino bisa meruntuhkan seluruh ekosistem laut, memengaruhi populasi ikan, mamalia laut, hingga manusia.
Melindungi plankton berarti melindungi kehidupan itu sendiri. Dunia butuh langkah konkret untuk menekan emisi, memperlambat laju pemanasan global, dan menjaga laut tetap sehat. Sebab, jika lautan tak lagi mampu menyerap karbon, bumi tak punya lagi tameng terakhir dari krisis iklim.