50 Ribu Bayi Lahir dengan Penyakit Jantung Bawaan, IDAI Soroti Masih Kurangnya Fasilitas RS

Kamis, 22 Mei 2025 | 11:10 WIB
50 Ribu Bayi Lahir dengan Penyakit Jantung Bawaan, IDAI Soroti Masih Kurangnya Fasilitas RS
Ilustrasi bayi tengah menjalani perawatan di rs. (Dok: Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Pelatihan itu dilakukan dengan pendampingan dokter spesialis anak subspesialis kardiologi ke RS daerah dan mendistribusikan keahlian agar para dokter spesialis anak mampu mandiri mendeteksi dan menangani PJB," kata Rizky.

Meski demikian tantangan seperti keterbatasan SDM, distribusi dokter yang tidak merata, dan infrastruktur masih menjadi penghambat peningkatan pelayanan kesehatan di Indonesia.

“Setiap anak berhak mendapatkan penanganan terbaik untuk masa depan yang sehat. Kami juga berharap dukungan masyarakat untuk aktif melakukan deteksi dini PJB dengan memanfaatkan layanan skrining di Puskesmas dan RS terdekat,” ujar Rizky.

Kurang Informasi

Terpisah, kurangnya akses terhadap informasi kesehatan yang mudah dipahami masih menjadi tantangan besar bagi banyak keluarga di Indonesia, terutama mereka yang memiliki anak dengan kondisi khusus seperti Down Syndrome dan penyakit jantung bawaan.

Situasi ini diperparah oleh studi yang menunjukkan fakta bahwa sekitar 40–50 persen bayi yang lahir dengan kondisi Down Syndrome ternyata dapat mengalami kelainan jantung bawaan yang memerlukan penanganan medis khusus sejak dini.

Gangguan jantung bawaan merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak, khususnya di tahun-tahun awal kehidupan.

Sayangnya, banyak keluarga masih kesulitan memahami diagnosis medis dan prosedur penanganan yang kompleks, informasi yang tersedia di internet kerap kali bersifat teknis atau justru tidak akurat, serta literatur medis yang masih menggunakan bahasa asing.

Hal Ini membuat keputusan medis menjadi lebih sulit dan penuh ketidakpastian, terutama bagi keluarga dengan keterbatasan akses terhadap layanan spesialis.

Baca Juga: Polemik Mutasi Dokter, Adian PDIP Sebut Ada Beda Tafsir Antara Kemenkes dan IDAI Soal Kolegium

“Saya tahu bahwa pengidap jantung bawaan dan keluarganya sering kesulitan memahami hal-hal yang terlalu medis, terlebih lagi jika tidak menggunakan bahasa Indonesia,” ujar dokter anak Dr. dr. Syarif Rohimi, SpA(K) dalam Talkshow yang diselenggarakan oleh RSAB Harapan Kita di Jakarta, Kamis (15/5/2025).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI