Suara.com - Sebuah tragedi kemanusiaan mengguncang Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Bentrokan berdarah antara warga Kampung Parungsapi dan Kampung Peteuy merenggut satu nyawa dan membuka kotak pandora berisi luka lama yang telah terpendam selama belasan tahun.
Apa yang tampak seperti tawuran biasa ternyata jauh lebih kompleks. Di baliknya, ada kisah tentang harga diri, rivalitas abadi, dan dendam yang diwariskan.
Berikut adalah 7 fakta kunci yang perlu Anda ketahui tentang konflik maut di Jasinga.
1. Bukan Konflik Semalam, Dendam Sudah Berakar 15 Tahun
Ini bukan pertikaian yang meledak tiba-tiba. Menurut Kapolres Bogor, AKBP Wikha Ardilestanto, yang langsung turun ke lokasi, permusuhan antara dua kampung ini sudah berlangsung selama 15 tahun.
"Sejatinya konflik yang ada di wilayah tersebut sudah berlangsung sudah lama, informasi dari tokoh masyarakat hingga tokoh pemuda itu sudah berlangsung 15 tahun," ungkapnya. Ini adalah bom waktu yang akhirnya meledak.
2. Pemicu Sepele: Semua Berawal dari Pertandingan Sepak Bola
Akar dari dendam maut ini terdengar sangat sepele: sepak bola. Sebuah pertandingan "tarkam" (antar kampung) 15 tahun lalu menjadi pemicu awal gesekan.
Alih-alih menjunjung sportivitas, pertandingan tersebut justru menanamkan benih kebencian akibat gengsi dan harga diri kampung yang dipertaruhkan.
Baca Juga: Sepak Bola Berubah Maut, Kisah Pria Tewas di Jasinga Akibat Konflik Antarkampung 15 Tahun Silam
Rivalitas di lapangan hijau ini terus dipelihara hingga menjadi permusuhan abadi.
3. Puncak Amarah: Satu Nyawa Melayang Ditusuk Parang
![Kapolres Bogor, AKBP Wikha Ardilestanto [Egi/SuaraBogor]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/21/33757-akbp-wikha-ardilestanto.jpg)
Konflik terbaru yang pecah pada 17 Agustus 2025 menjadi yang paling fatal. Seorang warga Kampung Parungsapi berinisial WS tewas secara mengenaskan.
Korban tewas setelah menerima tusukan senjata tajam jenis parang di tengah amuk massa. Kematian WS menjadi tumbal pertama dari dendam belasan tahun ini.
4. Kronologi Bentrok Maut di Hari Kemerdekaan
Ledakan amarah terbaru dipicu oleh insiden intimidasi. Beberapa warga Kampung Parungsapi yang melintasi Kampung Peteuy pada 17 Agustus 2025 mendapat ejekan verbal dan lemparan batu.