3. Serangan Hama Meningkat
Suhu lebih hangat mempercepat siklus hidup hama seperti wereng cokelat. Kementerian Pertanian melaporkan peningkatan kerugian akibat serangan hama sebesar 15% dalam lima tahun terakhir.
4. Kenaikan Permukaan Air Laut
Intrusi air asin mengancam sawah-sawah di pesisir utara Jawa. Wilayah seperti Karawang dan Demak kehilangan sekitar 1.500 hektare lahan produktif per tahun.
5. Kekeringan Akibat El Niño
BNPB mencatat bahwa pada 2023, sebanyak 3,2 juta hektare lahan pertanian terdampak kekeringan akibat El Niño yang kian intens.
Komoditas Paling Rentan
Beras sebagai makanan pokok utama menghadapi penurunan kualitas gabah, terutama saat suhu tinggi melanda fase pengisian bulir.
Jagung dan kedelai juga terdampak stres air dan ketergantungan terhadap pola hujan yang stabil. Tanaman hortikultura seperti cabai dan tomat semakin sulit dikendalikan produksinya, menyebabkan harga fluktuatif di pasar.
Baca Juga: Sirine Bahaya Krisis Iklim Berbunyi Keras: Saatnya Pendidikan Jadi Garda Terdepan!
Jalan Keluar: Adaptasi dan Mitigasi yang Terintegrasi
Pemerintah telah merespons dengan sejumlah program, antara lain pengembangan varietas tahan kekeringan dan penerapan sistem irigasi hemat air. Namun, menurut para ahli, upaya ini belum cukup.
Langkah-langkah tambahan yang perlu diperkuat antara lain:
- Diversifikasi pangan lokal agar tidak terlalu bergantung pada satu komoditas.
- Penguatan sistem peringatan dini bencana iklim.
- Investasi dalam teknologi pertanian presisi.
- Edukasi petani tentang praktik pertanian berkelanjutan.
- Kolaborasi lintas sektor dan internasional untuk membangun ketahanan sistem pangan global.
Pendekatan konstruktif terhadap krisis ini mengajak semua pihak untuk melihat peluang dalam tantangan. Dengan langkah cepat dan kolaboratif, Indonesia dan dunia dapat mencegah skenario terburuk. Menjaga suhu bumi tetap di bawah ambang 2°C bukan sekadar target iklim, melainkan kunci menjaga pangan tetap tersedia untuk generasi mendatang.