Jaringan transportasi sangat rentan terhadap dampak bencana iklim seperti banjir dan badai. Karena itu, setiap rencana iklim harus mencakup upaya adaptasi, seperti perbaikan desain jalan dan rel yang tahan cuaca ekstrem.
Data dari Asian Development Bank (ADB) menunjukkan bahwa antara 2009–2018, kerugian akibat bencana alam di Asia-Pasifik mencapai USD 675 miliar, dan infrastruktur transportasi menjadi salah satu sektor yang paling terdampak.
5. Mencari Sumber Pembiayaan Inovatif
Transformasi menuju transportasi hijau membutuhkan dana besar. Oleh sebab itu, negara-negara perlu menggali pembiayaan inovatif, seperti kemitraan publik-swasta dan penerbitan green bonds.
Menurut World Bank, kebutuhan investasi infrastruktur transportasi berkelanjutan di Asia mencapai USD 26 triliun hingga 2030.
6. Membangun Kapasitas dan Keahlian Lokal
Tanpa sumber daya manusia yang memadai, kebijakan transportasi hijau akan sulit terlaksana. Maka dari itu, negara perlu memperkuat lembaga teknis dan pelatihan untuk memastikan implementasi berjalan efektif dan sesuai komitmen iklim nasional.
Inspirasi dari Kawasan Asia
Beberapa negara Asia telah menunjukkan langkah maju yang patut dicontoh, di antaranya:
Baca Juga: Cuaca Ekstrem Jadi Kenyataan Tak Terhindarkan, Bagaimana Memperkuat Ketahanan?
- Tiongkok menjadi produsen sekaligus konsumen kendaraan listrik terbesar di dunia.
- Singapura menggunakan sistem Electronic Road Pricing untuk mengurangi kemacetan dan mendorong penggunaan transportasi umum.
- Jepang mengembangkan teknologi hydrogen fuel cell untuk kendaraan masa depan.
- Korea Selatan menargetkan 2,9 juta kendaraan listrik beroperasi pada 2025 melalui program K-New Deal Green.
Tentu saja, jalan menuju transportasi berkelanjutan tidak bebas hambatan. Mulai dari keterbatasan anggaran, resistensi perubahan kebiasaan masyarakat, hingga perlunya teknologi canggih menjadi tantangan yang harus dihadapi. Namun, peluang untuk menciptakan sistem transportasi yang lebih hijau, efisien, dan inklusif sangat terbuka.
Laporan International Transport Forum (ITF) menyebutkan bahwa emisi transportasi global dapat dikurangi hingga 70% pada 2050, asalkan kebijakan yang tepat diterapkan sejak sekarang.