Bahkan nama "Palakka" turut disentil karena mengingatkan pada sejarah bangsawan Kerajaan Bone yang pernah bersekutu dengan Belanda dalam menghadapi Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa.
Terkait klaim Jokowi layak menjadi nabi, Dedy telah memberikan klarifikasi bahwa penyebutan "nabi" dalam cuitannya tidak dimaksudkan secara literal.
Dia mengaku tidak sedang membandingkan Jokowi dengan para nabi dalam agama manapun, melainkan sekadar ingin menyoroti sifat-sifat baik Jokowi yang dirasanya layak diteladani.
Meski demikian, klarifikasi tersebut belum cukup untuk meredakan amarah publik. Tidak sedikit yang merasa Dedy melakukan penistaan agama.
Banyak netizen tetap menilai bahwa penyamaan sosok manusia biasa dengan nabi, apalagi dalam konteks politik, adalah tindakan yang tidak pantas.
Terlebih lagi, latar belakang cuitan lama Dedy yang bernada ateistik membuat persepsi negatif terhadapnya semakin menguat.
Dedy Nur Palakka sendiri dikenal sebagai sosok yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi.
Dia merupakan alumni Hiroshima University di Jepang, tempat dia meraih gelar Master dan Doktor di bidang teknik.
Dedy juga memiliki pengalaman Internasional sebagai Head Chef di sebuah restoran di Chicago, Amerika Serikat, sebelum bergabung aktif di dunia politik bersama PSI.
Baca Juga: Jokowi Dinilai Berat Masuk Golkar, PSI Jadi Opsi Realistis Meski Dibayangi Isu Nepotisme
Pada Pemilu 2024, Dedy sempat mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif (caleg) DPR RI dari daerah pemilihan Bali, meskipun tidak berhasil melaju ke Senayan.
Dengan kasus ini, citra PSI kembali dipertanyakan, mengingat partai ini kerap kali mengusung nilai-nilai pluralisme dan rasionalitas.
Kontributor : Chusnul Chotimah