"Yang pertama adalah ada yang disebut dengan virality virus atau virus viralitas di mana orang itu ingin supaya viral, ingin supaya dia menjadi terkenal. Dalam konteks ini, Twenge menyebut istilah yang disebut dengan narcissism epidemic atau penyakit narsisme di mana orang dikit-dikit upload, upload kok dikit-dikit, kira-kira begitu,” katanya memaparkan.
Sontak apa yang dijelaskan Mendikdasmen itu membuat publik menilai pernyataan itu memojokkan Gibran yang sangat mendorong penggunaan AI bahkan untuk pendidikan.
"Kok beda ya?" celetuk akun Suryo Prabowo yang mengungah ulang pidato Mendikdasmen dan poster tentang gebrakan Gibran tersebut.
"Astagfirullaah..beda pendpt yang cerdas dan yang sedikit kurang,” komentar warganet lain.
"Wapresnya mendorong pembelajaran AI di sekolah. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengahnya justru bilang AI tidak membuat manusia menjadi cerdas tapi menjadi culas. Wapresnya bener-bener nggak dianggap, buktinya mereka nggak sejalan," cuit pemilik akun tersebut.
"Pak menteri bicara berdasarkan ilmu tapi sepertinya akan ada klarifikasi karena ini menyangkut jabatan beliau," sindir seorang warganet.
Penelusuran Suara.com, meski Mendikdasmen memberikan pernyataan demikian, kebijakan untuk memasukkan pelajaran tentang AI ini memang akan tetap ada.
Namun bukan sebuah kurikulum melainkan mata pelajaran pilihan.
Baca Juga: Dibongkar Ilmuwan Politik, Gibran Rakabuming Pernah Ikut Latihan Pidato 2 Tahun Tapi Hasil Nihil
Anak-anak dari tingkat SD akan mulai dikenalkan dengan AI dan coding.
Pelajaran AI dan coding ini pun akan mulai diberikan pada kelas 5 SD.
Kementerian terkait pun akan memberikan pelatihan pada guru mengenai pelajaran tersebut.
Sebenarnya pernyataan kontra tentang penggunaan AI ini juga terlihat keluar dari salah satu menteri di kabinet Prabowo dan Gibran ini.
Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin ini juga menilai negatif penggunaan AI.
Cak Imin menyebut jika AI bisa membuat orang malas berpikir.