Suara.com - Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dikeroyok orang yang diduga merupakan rekan dari mantan istrinya.
Adapun ASN ini berinisial AHP, ia dikeroyok di sebuah pusat perbelanjaan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Peristiwa ini sempat viral usai diunggah di akun sosial media. Salah satu akun sosmed yang mengunggahnya yakni Instagram @jakut.info.
Dalam akun tersebut, terlihat korban sedang dikeroyok oleh sejumlah orang.
AHP yang kalah jumlah hanya menjadi bulan-bulanan para pelaku, hingga tersungkur ke lantai.
Peristiwa pengeroyokan ini terjadi saat AHP datang ke mal bersama anaknya. Ia datang untuk bertemu dengan mantan istrinya atau ibu dari anaknya.
Namun, saat pertemuan itu keduanya justru terlibat cekcok. Hal itu diduga disebabkan sang mantan istri ingin mengajak anak tersebut untuk menginap.
Padahal sejak awal, tidak ada kesepakatan anak korban menginap di rumah mantan istrinya.
Saat keributan tersebut, tiba-tiba muncul beberapa pria yang langsung menyerang AHP.
Baca Juga: Terkuak! Kronologi Mahasiswa UKI Tewas Dikeroyok Teman saat Mabuk Bareng di Kampus
Terkait itu, Kapolres Metro Jakarta Utara, Komisaris Besar Polisi Ahmad Fuady, mengaku hingga saat ini pihaknya masih mendalami peristiwa tersebut dengan meminta keterangan dari beberapa saksi yang berada di lokasi kejadian.
“Kita masih mengumpulkan saksi-saksi terhadap laporan tersebut,” ujar Fuady, kepada awak media, Senin (16/6/2025).
Sehingga, sampai saat ini polisi belum bisa mengungkap siapa saja pelaku yang diduga terlibat dalam pengeroyokan terhadap AHP.
Motif pastinya pun masih menjadi misteri. Akibat hal ini, korban mengalami luka di beberapa bagian tubuhnya akibat hal tersebut.
Kasus di Sumsel
Terpisah, kasus pengeroyokan terbaru juga terjadi di lingkungan kantor pemerintahan Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
Seorang pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Palembang, berinisial DD (35), melapor ke polisi setelah menjadi korban pengeroyokan oleh rekan kerjanya sendiri.
![Tangkapan layar pengeroyokan pendukung Paslon Bupati Taput. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/11/09/33314-pengeroyokan.jpg)
Peristiwa itu terjadi pada Selasa (10/6/2025) pagi, sekitar pukul 08.30 WIB, di halaman parkir kantor Dinas PUPR Palembang, yang terletak di Jalan Mayor Memet Sastra Wirya, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang.
Peristiwa ini pun kemudian viral di media sosial dengan beragam kometar negatif dari warganet.
Akibat pengeroyokan tersebut, DD mengalami luka memar di sejumlah bagian tubuhnya.
Tidak terima dengan perlakuan tersebut, DD kemudian mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Palembang untuk melaporkan kejadian tersebut.
Diceritakan DD, saat kejadian dirinya sedang berada di halaman kantor.
Tiba-tiba, datang pelaku utama berinisial UA bersama beberapa orang rekannya.
Tanpa banyak bicara, para pelaku langsung menyerangnya secara brutal.
“Tiba-tiba UA datang bersama teman-temannya. Mereka langsung memukuli saya,” kata DD kepada petugas kepolisian.
Menurut DD, perselisihan antara dirinya dan UA sudah berlangsung sejak beberapa waktu lalu.
Penyebabnya diduga karena persoalan pekerjaan yang tak kunjung selesai dan memicu ketegangan di antara mereka.
"Memang ada masalah, tapi saya sesalkan dan tidak menyangka akan diselesaikan dengan cara seperti ini,” ucapnya menyesalkan.
Hingga saat ini, pihak kepolisian masih mendalami laporan tersebut. Kasat Reskrim Polrestabes Palembang, Kompol Andi Kurniawan, membenarkan adanya laporan pengeroyokan yang melibatkan pegawai Dinas PUPR Palembang.
“Laporan sudah diterima. Saat ini masih dalam proses penyelidikan. Kami akan memanggil para saksi, termasuk terlapor UA, untuk dimintai keterangan,” tegas Andi.
Sementara itu, suasana di lingkungan kantor Dinas PUPR Palembang pasca-insiden tersebut terpantau masih kondusif, meski ada beberapa pegawai yang tampak membicarakan kejadian tersebut. Beberapa di antara mereka menyayangkan aksi kekerasan itu terjadi di lingkungan kerja pemerintahan.
“Masalah pekerjaan seharusnya diselesaikan secara profesional, bukan dengan kekerasan,” kata salah satu pegawai yang enggan disebutkan namanya.