Suara.com - Politisi PDI Perjuangan (PDIP) Guntur Romli mengkritisi perlakuan tidak menyenangkan yang dilakukan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Paspampres Wapres Gibran diketahui meringkus 3 mahasiswa yang membentangkan poster di Blitar.
Mahasiswa yang melakukan aksi tersebut diketahui merupakan anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Mereka diringkus saat mencoba menyuarakan aspirasi mereka melalui sejumlah poster.
Pesan-pesan yang mereka bawa bernada kritis, seperti 'Dinasti tiada henti', 'Omon-omon 19 juta lapangan kerja', 'Semangat terus bikin bualan mas Wapres Gibran', dan 'Konstitusi?!!'
Merespons hal itu, Guntur menyesalkan adanya kejadian tersebut.
"Kami menyesalkan reaksi berlebihan Pasukan Pengamanan Gibran tersebut yang tidak bisa dibela dengan dalih apapun," kata Guntur kepada Suara.com, Kamis 19 Juni 2025.
Ia mengatakan, mahasiswa PMII padahal hanya ingin menagih janji-janji dari Gibran.
"Karena kalau mereka menyambut dengan poster dan spanduk yang memuji dan menjilat Gibran tidak akan pernah ditangkap," katanya.
"Padahal, mereka hanya menagih janji Gibran. Tidak meminta susu dan bansos yang biasa dibagi-bagikan Gibran," sambungnya.
Baca Juga: Demokrasi Omon-Omon? Momen Paspampres Piting Leher Mahasiswa PMII Pengkritik Gibran di Blitar Viral
Apalagi, kata dia, keberadaan mahasiswa tersebut sama sekali tak mengancam keselamatan jiwa Gibran.
"Meskipun pada akhirnya para mahasiswa itu dilepas (sebagaimana informasi polisi setempat) tapi tindakan meringkus, merampas, menangkap dan menahan mahasiswa merupakan tindakan berlebihan dan berbasis kekerasan," katanya.
Guntur menilai bahwa protes tersebut merupakan aspirasi dan upaya menagih janji kepada Wapres Gibran.
"Padahal keberadaan mahasiswa tersebut tidak mengancam jiwa Gibran dan tidak menyerang pribadi Gibran, tapi mereka hanya ingin menyampaikan aspirasi dan menagih janji yang disampaikan Gibran saat kampanye Pilpres seperti lapangan pekerjaan untuk 19 juta orang," sambungnya.
Sebelumnya, suasana kunjungan Wapres Gibran Rakabuming Raka di Blitar, Jawa Timur diwarnai ketegangan, saat tiga mahasiswa mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari Paspampres.
Insiden tersebut dengan cepat menjadi sorotan nasional setelah video penangkapan mereka tersebar luas di media sosial, memicu perdebatan sengit tentang ruang demokrasi dan kebebasan berpendapat di era pemerintahan baru.

Momen dramatis ini terekam dan diunggah oleh akun @/bangherwin di platform X (sebelumnya Twitter) pada Selasa, 18 Juni 2025, dan langsung menyulut reaksi publik.
Dalam video tersebut, terlihat jelas bagaimana anggota Paspampres mengamankan para mahasiswa dengan cara yang dinilai represif.
"Apakah ini yg dinamakan Demokrasi pak Prabowo? Saya kira wajar saja ketika rakyat menagih janji kepada Gibran yang bilang '19 juta lapangan pekerjaan'," tulis akun tersebut, mengawali badai komentar dari warganet.
Tindakan Paspampres, terutama saat seorang anggota terlihat mengalungkan tangannya ke leher salah satu mahasiswa untuk menahannya, menjadi pusat kecaman.
Adegan lain menunjukkan seorang mahasiswa yang berusaha menghindar namun kembali dikejar dan diamankan, semakin memanaskan suasana digital.
"Ini harus di up, pemerintah melakukan kekerasan, otoriter. Lagian spanduk tulisan tangan doang, ya Allah," komentar seorang warganet dengan nada prihatin.
Untuk diketahui, program 19 juta lapangan pekerjaan hingga 2029 merupakan salah satu janji kampanye pasangan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.
Program ini termasuk dalam 8 Program Hasil Terbaik Cepat yang mereka usung, dan merupakan bagian dari visi menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan penciptaan kerja masif.
Dalam program ini pemerintah menargetkan terciptanya sekitar 3,8 juta lapangan kerja per tahun. Dengan merealisasikan penguatan sector industri dan hilirisasi, revolusi digital dan ekonomi kreatif, program padat karya infrastruktur, pertanian dan perdesaan produktif, dan green jobs atau pekerjaan hijau.