Menyusul serangan Israel, Iran melakukan serangan balasan dengan meluncurkan gelombang drone dan puluhan rudal balistik ke arah Israel.
Selama seminggu berikutnya, kedua negara terlibat dalam perang udara, saling serang target militer dan infrastruktur strategis. Amerika Serikat, yang sejak awal telah membantu Israel dalam pertahanan udara, mulai memindahkan jet-jet tempur tambahan ke kawasan tersebut sebagai langkah antisipasi.
22 Juni 2025: Amerika Serikat Memasuki Konflik Secara Langsung
Setelah pertemuan dengan tim keamanan nasionalnya dan pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan langsung terhadap Iran. Pesawat pengebom siluman B-2 Amerika Serikat menggempur tiga fasilitas nuklir Iran.
Dalam sebuah pernyataan, Trump mengklaim serangan tersebut sebagai "kesuksesan militer yang spektakuler" dan menyatakan bahwa fasilitas nuklir utama Iran "telah dilenyapkan sama sekali".
Serangan ini menandai keterlibatan ofensif pertama AS dalam konflik tersebut. Sebagai respons, kelompok Houthi di Yaman, yang merupakan bagian dari "Poros Perlawanan" Iran, menganggap serangan Amerika sebagai "deklarasi perang" dan mulai menembakkan misil ke arah Israel.