Suara.com - Kelompok pemberontak Houthi di Yaman menyatakan siap menyerang kapal-kapal milik Amerika Serikat di Laut Merah jika Washington memulai aksi militer terhadap Iran.
Pernyataan ini disampaikan pada Sabtu, 21 Juni 2025, oleh juru bicara militer Houthi, Yahya Sarea, melalui stasiun televisi al-Masirah yang dikelola kelompok tersebut.
"Jika Amerika terlibat dalam agresi terhadap Iran, pasukan bersenjata kami akan menargetkan kapal dan kapal perang AS di Laut Merah," ujar Sarea dalam siaran resminya.
Dia menambahkan bahwa pasukan Houthi terus memantau perkembangan situasi dan akan mengambil langkah yang dianggap perlu.
"Kami berdiri bersama Iran. Kami tidak akan membiarkan Amerika dan entitas kriminalnya menjalankan rencana mereka di kawasan ini," tegasnya.
Pernyataan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap fasilitas nuklir Iran dan sejumlah pemimpin seniornya.
Serangan tersebut menewaskan puluhan ilmuwan dan komandan militer Iran serta merusak infrastruktur vital.
![Jika Iran Diserang, Houthi Yaman Bakal Gempur Kapal AS di Laut Merah. [X]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/22/83176-jika-iran-diserang-houthi-yaman-bakal-gempur-kapal-as-di-laut-merah.jpg)
Sebagai respons, Iran membalas dengan serangan rudal dan drone ke sejumlah lokasi strategis di Israel.
Presiden AS Donald Trump turut menanggapi situasi ini dengan nada keras.
Baca Juga: Lagu Boom Boom Tel Aviv Muncul di Tengah Perang Iran dan Israel, Langsung Viral
Pada Jumat, 20 Juni 2025, Trump menyatakan bahwa Iran hanya diberi waktu dua pekan untuk kembali ke meja perundingan terkait program nuklirnya.
Ultimatum ini dinilai sebagai isyarat bahwa AS sedang mempertimbangkan opsi militer jika Iran menolak berdialog.
Kelompok Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman termasuk ibu kota Sana'a, telah lama menunjukkan kedekatan ideologis dan strategis dengan Iran.
Sejak pecahnya perang Israel-Hamas pada November 2023, Houthi secara aktif menyerang wilayah Israel dengan rudal dan drone sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Kini, kelompok tersebut memperluas ancamannya ke Laut Merah, jalur pelayaran vital dunia.
Kemitraan Strategis Iran dan Houthi Yaman
Hubungan antara Iran dan kelompok Houthi bukanlah hubungan satu arah antara patron dan proksi, melainkan aliansi strategis yang dibentuk atas dasar kepentingan dan ideologi bersama.
Iran merupakan satu-satunya negara yang mengakui pemerintahan Houthi di Sana'a secara resmi.
Mereka telah memberi dukungan signifikan kepada kelompok ini dalam bentuk senjata, pelatihan militer, bantuan finansial, dan dukungan politik.
Beberapa senjata yang diduga disuplai Iran ke Houthi termasuk rudal balistik Qiam-1, rudal darat-ke-udara Qader, dan drone Qasef-1 serta Qasef-2K.
Selain itu, Iran juga melatih para pejuang Houthi di seminari dan kamp militer di wilayahnya. Dukungan ini semakin intensif sejak Houthi merebut Sana’a pada 2014.
Namun demikian, banyak pengamat menegaskan bahwa Houthi tetap merupakan entitas otonom dengan agenda domestik yang kuat.
Gerakan ini muncul dari ketidakpuasan terhadap pemerintahan Yaman yang dianggap korup dan tidak adil terhadap komunitas Syiah Zaidi di utara negara itu.
Bahkan ketika Iran diduga pernah menyarankan Houthi untuk menunda pengambilalihan ibu kota pada 2014, kelompok ini tetap melanjutkan langkahnya.

Ancaman Houthi terhadap kapal-kapal Amerika Serikat menandai babak baru dalam eskalasi krisis kawasan.
Laut Merah, tempat mereka mengancam akan menyerang, merupakan jalur strategis yang dilalui sekitar 10 persen perdagangan maritim global.
Gangguan di wilayah ini bisa memicu guncangan ekonomi dunia, terutama dalam sektor energi dan logistik.
Dalam beberapa bulan terakhir, Houthi juga telah menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah dan Teluk Aden, khususnya yang terkait dengan Israel atau negara-negara Barat.
Serangan ini ditujukan untuk menekan negara-negara yang mereka anggap mendukung agresi terhadap Palestina.
Dengan adanya ancaman langsung terhadap aset militer AS, situasi kini berada di ambang konfrontasi langsung yang lebih luas.
Diketahui, Trump benar-benar melancarkan serangan ke Iran tanpa restu dari para anggota Kongres AS.
Sasarannya adalah fasilitas tiga nuklir utama Iran yaitu Natanz, Fordow, dan Isfahan.
Maka bukan tidak mungkin Laut Merah akan berubah menjadi zona perang yang dapat menyeret banyak pihak ke dalam konflik terbuka.
Kontributor : Chusnul Chotimah