Kaesang Jadi Faktor Jokowi Belum Daftar Caketum PSI, Analis: Tak Mungkin Anak Sama Bapak Saling...

Senin, 23 Juni 2025 | 12:35 WIB
Kaesang Jadi Faktor Jokowi Belum Daftar Caketum PSI, Analis: Tak Mungkin Anak Sama Bapak Saling...
Jokowi dan putra bugsunya yang juga Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep. (Ist)

Suara.com - Analis Politik dari Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung, Kristian Widya Wicaksono, turut memberikan penilaiannya soal mengapa Presiden ketujuh RI Joko Widodo atau Jokowi belum mendaftarkan dirinya maju sebagai calon ketua umum PSI.

Kristian menilai, belum diambilnya langkah tersebut oleh Jokowi lantaran sudah ada sosok putranya yakni Kaesang Pangarep yang mendaftar sebagai caketum PSI.

"Jokowi hingga kini tidak mendaftar sebagai bakal calon Ketua Umum PSI karena beberapa pertimbangan strategis dan situasional. Pertama, keputusan tersebut sudah dikonfirmasi sendiri oleh putranya, Kaesang Pangarep, yang menyatakan bahwa “tidak mungkin anak sama bapak saling berkompetisi” dalam pemilihan internal PSI," kata Kristian kepada Suara.com, Senin (23/6/2025).

Selain itu, ia mengatakan, belum kuatnya dukungan dari DPW atau DPD PSI di daerah membuat Jokowi enggan mendaftar menjadi caketum.

"Selain itu, PSI juga sebenarnya sudah menantikan pendaftaran Jokowi, namun proses verifikasi internal dan dukungan dari DPW/DPD dinilai belum cukup kuat," katanya.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Infonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai jika Presiden ketujuh RI Joko Widodo atau Jokowi sepertinya tak tertarik dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Pasalnya hingga kekinian belum juga mendaftarkan diri sebagai calon Ketua Umum.

Dedi menyampaikan, jika Jokowi tak tertarik dengan PSI lantaran sudah ada putranya Kaesang Pangarep yang mendaftar sebagai caketum PSI.

Kaesang Pangarep mencalonkan diri untuk kembali maju menjadi calon ketua umum Partai Solidaritas Indonesia. Ia datang langsung mendaftar ke Basecamp DPP PSI di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (21/6/2025). [Suara.com/Yaumal]
Kaesang Pangarep mencalonkan diri untuk kembali maju menjadi calon ketua umum Partai Solidaritas Indonesia. Ia datang langsung mendaftar ke Basecamp DPP PSI di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (21/6/2025). [Suara.com/Yaumal]

"Sisi lain, PSI seharusnya tidak menarik bagi Jokowi, karena sudah ada Kaesang di sana," kata Dedi kepada Suara.com.

Baca Juga: Ulang Tahun ke-64 Jokowi: Perayaan Sederhana Dibalik Sorot Mata Publik yang Prihatin

Ia mengatakan, Jokowi nampaknya lebih berhasrat untuk menguasai partai politik lain ketimbang PSI.

"Dengan hasrat kekuasaan yang terkesan diinginkan oleh Jokowi, ia lebih memungkinkan menguasai Parpol lain, agar jaringan kekuasaan keluarga Jokowi kian besar," katanya.

Sementara itu, terkait Jokowi yang belum mendaftarkan juga dirinya sebagai calon ketua umum PSI, menurutnya, karena gaya politik Jokowi yang sedang menunggu.

"Jokowi terbiasa mengikuti kontestasi di akhir, tetapi manuver politik sudah dilakukan sejak awal, gaya politik Jokowi mendahulukan gerilya, mengupayakan aksesnya mudah, dan jika kepastian terpilih itu ada, Jokowi baru akan mengikuti prosedur," pungkasnya.

Bikin Parpol

Terpisah Wakil Ketua Umum Projo, Freddy Alex Damanik menegaskan, pihaknya lebih setuju jika Presiden ketujuh RI Joko Widodo atau Jokowi mendirikan partai baru ketimbang jadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

"Sebenarnya Projo lebih mendorong Pak Jokowi mendirikan partai politik sendiri, biar ide, cita cita, visi misi Pak Jokowi lebih orginal dan nyata dalam partainya tersebut," kata Freddy kepada Suara.com, Kamis (19/6/2025).

Ia mengatakan, kalau Jokowi pernah mengajak Projo soal ide mendirikan partai baru yakni Partai Super Terbuka. Nantinya partai itu kebijakan-kebijakan penting partai termasuk pemilihan ketua umum partai dilakukan oleh semua anggota parta "one man one vote", demikian juga kantor partai dan rapat rapat partai yang dilakukan secara virtual.

"Memang tidak gampang untuk mewujudkan ide partai super terbuka ini, karena harus merubah peraturan khusuanya peraturan KPU, dan bisa saja akan mendapat resistensi dari partai partai yang sudah ada sekarang, namun jika kita serius ingin menjawab permasalahan partai yang selama ini dikeluhkan," katanya.

"Khususnya tentang biaya tinggi, transparansi dan perta ggungjawaban kepada masyarakat, maka ide partai super terbuka ini sangat layak untuk diakomodir dalam sistem kepartaian di Indonesia," sambungnya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI