Suara.com - Selama ini, pengolahan air limbah jarang masuk dalam daftar utama solusi iklim. Padahal, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) diam-diam menyumbang sekitar 2% dari total emisi gas rumah kaca (GRK) perkotaan di dunia.
Angka yang tampak kecil, tapi berdampak besar jika dibiarkan tanpa pembaruan sistematis.
Strategi pengurangan emisi selama ini lebih fokus pada peningkatan teknologi di dalam fasilitas IPAL—seperti pompa hemat energi atau sistem penyaringan terbaru.
Namun pendekatan ini mahal, rumit, dan memakan waktu. Yang lebih mengkhawatirkan, strategi semacam ini masih belum mampu mengatasi emisi biologis langsung dari proses pengolahan limbah.
Kini, sebuah terobosan dari China menawarkan sudut pandang baru: jika ingin menurunkan emisi dari pengolahan air limbah, kita harus mulai dari hulu—dari cara masyarakat menggunakan air.
Dari Rumah Tangga ke IPAL: Efek Domino yang Tak Terduga
Tim peneliti dari Harbin Institute of Technology dan National Joint Research Center for the Yellow River Basin menciptakan model berbasis kecerdasan buatan untuk memetakan hubungan antara perilaku penggunaan air masyarakat dan emisi karbon dari IPAL.
Dengan data dari 205 IPAL dan 95 kota, mereka menemukan bahwa kota-kota yang lebih hemat air juga menghasilkan limbah yang lebih sedikit dan lebih “bersih”, sehingga lebih mudah diproses dan membutuhkan lebih sedikit energi. Artinya, menghemat air di rumah dapat berdampak langsung pada penurunan emisi karbon.
Beberapa indikator yang paling berpengaruh dalam model tersebut bahkan berasal dari konsumsi air per kapita dan efisiensi penggunaan air, bukan dari spesifikasi teknis IPAL itu sendiri.
Baca Juga: Grab Klaim Kurangi Emisi Karbon 30.000 Ton Lewat Ribuan Armada Motor Listrik
Efisiensi Air Sama Dengan Efisiensi Karbon
Dalam simulasi di wilayah Sungai Kuning, peneliti mengevaluasi skenario mulai dari realokasi sektor pertanian, penetapan harga air rumah tangga, hingga perdagangan hak air. Hasilnya mengejutkan:
- Penggunaan air turun hingga 50%
- Kinerja ekologi IPAL meningkat signifikan
- Emisi GRK di seluruh wilayah dapat ditekan lebih dari 40%
- Target netral karbon bisa dicapai 7 tahun lebih cepat
Apa Artinya untuk Indonesia?
Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan urbanisasi yang cepat, Indonesia menghadapi tantangan serupa. IPAL di banyak kota besar masih bekerja keras mengolah limpahan limbah dari rumah, industri, dan sektor pertanian.
Pendekatan baru ini memberi pelajaran penting: mengurangi emisi tidak harus selalu dimulai dari teknologi tinggi, tetapi bisa dimulai dari efisiensi sehari-hari. Dari penggunaan air di dapur, kebijakan tarif air, hingga teknologi meteran pintar—semua bisa menjadi bagian dari solusi.
“Emisi dari pengolahan air limbah bukan hanya soal pipa dan pompa, tetapi tentang pola hidup urban,” ujar Prof. Shih-Hsin Ho, penulis studi ini.