Seratus tahun setelahnya, muncul ide: mengadu kecepatan antar jalur. Dari sekadar alat, kini ia menjadi arena kompetisi, adu kekompakan dan semangat kolektif.
Awalnya digelar dalam rangka memperingati hari-hari besar Islam di kampung-kampung.
Tapi kini, setiap bulan Agustus, Pacu Jalur menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan kemerdekaan Indonesia.
Di hari pelaksanaan, kota Teluk Kuantan berubah total.
Arus manusia mengalir seperti sungai: perantau pulang, warung tenda penuh, jalan-jalan macet. Jalur yang ikut bisa mencapai lebih dari 100, masing-masing berisi 45 hingga 60 anak pacu, siap berlaga dalam adu kecepatan yang bukan hanya soal menang, tapi juga kehormatan kampung.
Penjajahan Belanda Tak Hentikan Tradisi Ini
Uniknya, Pacu Jalur bahkan bertahan di masa penjajahan.
Pemerintah kolonial Belanda pernah memanfaatkan lomba ini untuk memeriahkan perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina tiap 31 Agustus.
Tapi bagi rakyat Kuantan Singingi, maknanya lebih dalam: cara merawat jati diri dan kebersamaan, bahkan ketika kemerdekaan belum diraih.
Baca Juga: 7 Fakta Menakjubkan Pacu Jalur 2025: Tradisi Lokal Riau yang Jadi Sorotan Dunia
Tradisi ini berlangsung 2 hingga 3 hari, disesuaikan dengan jumlah jalur yang bertanding. Ritual pembuka, tabuhan gendang, hingga yel-yel khas tiap kampung menjadikan festival ini bukan sekadar balap perahu, tapi juga panggung budaya yang lengkap.
Zaman berubah, tapi Pacu Jalur tetap hidup. Malah kini, kostum para pendayung kian meriah, ukiran perahu makin detail, dan dokumentasi dari drone membuatnya viral di media sosial.
Tak jarang bocah-bocah kecil yang ikut memimpin semangat para pendayung mencuri perhatian netizen dunia.
Dari sinilah muncul istilah viral terbaru: “aura farming” — gaya mental pemenang yang kini ditiru atlet dunia.
Lebih dari Lomba, Ini Adalah Warisan Jiwa
Pacu Jalur bukan sekadar tradisi. Ia adalah denyut nadi masyarakat Kuantan Singingi. Sebuah panggung sosial, spiritual, dan budaya yang menyatukan generasi dari nenek moyang yang mengukir lambung jalur, hingga bocah kecil di ujung perahu yang berdiri membawa semangat zaman.