Asyura 2025: Tangisan untuk Husein, Sumpah Setia NKRI, Solidaritas untuk Palestina

Bernadette Sariyem Suara.Com
Senin, 07 Juli 2025 | 17:26 WIB
Asyura 2025: Tangisan untuk Husein, Sumpah Setia NKRI, Solidaritas untuk Palestina
Sekitar tiga ribu jemaah dari Jabodetabek hingga luar Jawa larut dalam peringatan Majelis Asyura Nasional 1447 H di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, pada Minggu (6/7/2025). [dokumentasi]

Suara.com - Suasana khidmat dan duka mendalam menyelimuti sebuah gedung bertirai hitam pekat di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, pada Minggu (6/7/2025).

Sekitar tiga ribu jemaah Muslim Syiah dari Jabodetabek hingga luar Jawa larut dalam peringatan Majelis Asyura Nasional 1447 H.

Namun, di balik ratapan dan dentum gendang yang mengenang tragedi Karbala, menggemuruh dua pesan kuat yang relevan dengan kondisi kekinian: sumpah setia pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan solidaritas tanpa henti untuk kemerdekaan Palestina.

Acara ini membuktikan bahwa Asyura lebih dari sekadar ritual mengenang kesyahidan Husein bin Ali  AS, cucu Nabi Muhammad SAW.

Sejak awal, alur acara dirancang untuk menarik benang merah antara tragedi 14 abad lalu dengan perjuangan melawan kezaliman di era modern.

Sekitar tiga ribu jemaah dari Jabodetabek hingga luar Jawa larut dalam peringatan Majelis Asyura Nasional 1447 H di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, pada Minggu (6/7/2025). [dokumentasi]
Sekitar tiga ribu jemaah dari Jabodetabek hingga luar Jawa larut dalam peringatan Majelis Asyura Nasional 1447 H di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, pada Minggu (6/7/2025). [dokumentasi]

Setiap lantunan Ziarah Warits hingga doa penutup menjadi pengingat bahwa spirit Karbala adalah pedoman etis untuk menghadapi penindasan di mana pun itu terjadi.

Ketua Steering Committee Asyura Nasional 2025, Umar Shahab, dalam pidatonya menegaskan bahwa majelis ini adalah bagian dari perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan.

Sekitar tiga ribu jemaah dari Jabodetabek hingga luar Jawa larut dalam peringatan Majelis Asyura Nasional 1447 H di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, pada Minggu (6/7/2025). [dokumentasi]
Sekitar tiga ribu jemaah dari Jabodetabek hingga luar Jawa larut dalam peringatan Majelis Asyura Nasional 1447 H di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, pada Minggu (6/7/2025). [dokumentasi]

Ia menolak pandangan sempit yang melihat Asyura hanya sebagai peringatan sejarah. Menurutnya, ini adalah momen penguatan sikap atas realitas global dan nasional yang menuntut keberpihakan yang jelas.

“Kita selalu berdiri di pihak kemanusiaan yang adil dan beradab,” ujarnya dengan suara lantang, disambut takbir oleh hadirin.

Baca Juga: Puasa Asyura 2025: Niat, Sejarah, dan Keutamaan Penghapus Dosa Setahun

Secara mengejutkan, Umar juga menggunakan panggung duka ini untuk menegaskan komitmen kebangsaan.

Ia menolak bentuk demokrasi liberal yang “tak menghormati nilai-nilai agama”, seraya menegaskan bahwa komunitas Muslim Syiah di Indonesia tidak pernah ragu dan tak akan gentar menyatakan kesetiaannya pada Pancasila, NKRI, dan UUD 1945.

Pernyataan ini secara efektif meretas dikotomi mazhab dan mengganti kesan eksklusif Asyura dengan sebuah komitmen kebangsaan yang inklusif, sekaligus mengingatkan audiens untuk tetap kritis saat demokrasi digerus oleh oligarki atau ekstremisme agama.

Pesan perjuangan semakin diperdalam oleh penceramah utama, Miqdad Turkan.

Ia menyebut peristiwa Asyura sebagai al-Furqan, atau pemisah antara yang hak dan yang batil. Karbala, dalam pandangannya, “adalah misi pembebasan dari penghambaan kepada makhluk, dari kebodohan yang membuat manusia tak mampu membedakan kebenaran dan kebatilan.”

Miqdad menekankan bahwa perjuangan Imam Husein AS bersifat universal, melampaui batas-batas mazhab, dan menjadi milik seluruh umat manusia yang merindukan keadilan dan menentang tirani.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI