Dari sana, ceramah mengalir deras ke isu Palestina. Miqdad menyebut tanah suci Al-Quds sebagai “Karbala kontemporer”, sebuah medan juang masa kini yang menuntut keberanian dan persatuan umat untuk menolak penjajahan.
“Palestina akan merdeka lewat kewibawaan muslimin yang meneladani ketidak-tundukan Imam Husein,” tuturnya, menyambungkan spirit Karbala dengan perjuangan kemerdekaan Palestina.
Sementara itu, Ketua Panitia Asyura Nasional 2025, Mujib Munawan, mengajak hadirin untuk tidak berhenti pada tangisan.
Baginya, setiap air mata yang jatuh untuk Husein adalah janji untuk bertindak.
“Asyura adalah panggilan mengagregasi potensi, menata niat, dan bergerak di barisan kebenaran,” ucap Mujib.
Ia melontarkan pertanyaan reflektif yang kuat kepada para jemaah: “Jika Imam Husein hadir hari ini, ia akan bertanya: apa yang kau lakukan atas cintamu padaku?”
Saat majelis bubar menjelang senja, aktivitas di luar gedung masih berjalan. Para sukarelawan merapikan kantong-kantong donor darah dan membagikan paket santunan.
Dalam majelis Asyura itu juga ribuan peserta berbusana hitam menggemakan takbir dan seruan Labbaika ya Husein (aku memenuhi panggilanmu, wahai Husein).
Baca Juga: Puasa Asyura 2025: Niat, Sejarah, dan Keutamaan Penghapus Dosa Setahun