Suara.com - Pernyataan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi soal penyebab banjir Jakarta menuai beragam tanggapan.
Dedi menyebut bahwa sumber utama persoalan banjir di ibu kota berasal dari wilayah Bogor, khususnya kawasan Puncak dan Megamendung.
Pernyataan tersebut disampaikan melalui sebuah video yang diunggah ke Instagram pribadinya pada Minggu, 6 Juli 2025.
"Problem utamanya Jakarta adalah Puncak dan Mega Mendung di daerah Bogor, intinya di daerah Bogor," ujar Dedi Mulyadi dalam video tersebut.
Lebih jauh, Dedi mengusulkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan melakukan penataan ulang kawasan Bogor.
Menurutnya, jika penataan tidak segera dilakukan, maka banjir di Jakarta tidak akan pernah bisa diatasi.
"Bogor belum selesai, Jakarta tidak akan pernah selesai. Untuk itu, mari kita bersama-sama kita kembalikan kawasan Bogor," ucapnya.
Dedi menekankan pentingnya pemulihan kawasan resapan air di daerah hulu, termasuk perlindungan terhadap gunung serta lahan pertanian di wilayah Puncak.
Gubernur yang akrab disapa Kang Dedi atau KDM itu juga menyoroti dampak buruk dari pembangunan yang tidak terkendali yang menurutnya telah merusak keseimbangan lingkungan.
Baca Juga: Waspada! Hujan Diprakirakan Guyur Seluruh Jakarta Malam Ini
"Secara bertahap saya akan terus mengembalikan fungsi alam secara baik," katanya.

Dia pun mengapresiasi semua pihak yang mendukung langkah-langkah pemulihan lingkungan, termasuk kritik yang datang dari masyarakat.
Dedi menegaskan bahwa langkah-langkah tersebut bukan hanya demi Jawa Barat, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat Jakarta yang terdampak banjir setiap tahunnya.
"Karena yang dilakukan demi kepentingan masyarakat secara luas, baik masyarakat Jabar atau DKI," tuturnya.
Selain itu, Dedi juga menyinggung bencana banjir dan longsor yang terjadi di kawasan Puncak, Megamendung, Kabupaten Bogor, pada Sabtu malam, 5 Juli 2025.
Menurutnya, peristiwa tersebut bukan semata-mata akibat hujan deras, melainkan akumulasi dari perubahan tata ruang selama bertahun-tahun.
Dedi menegaskan bahwa pihaknya akan mengambil langkah-langkah besar untuk menyelamatkan alam, meskipun hal itu dapat menimbulkan kontroversi di tengah publik.
"Karena untuk apa pembangunan dilakukan dengan biaya yang sangat besar, pada akhirnya, rontok oleh bencana," imbuhnya.
Sayangnya, pernyataan tersebut langsung disambut kritik dari berbagai kalangan, terutama netizen yang merasa bahwa Dedi terlalu menyederhanakan masalah banjir Jakarta.
"Apakah ini mode baru klaim ‘kalau saya jadi Presiden maka banjir di Jakarta…'" sindir akun @elisa_jkt.
Akun tersebut mengingatkan bahwa hujan deras sering kali terjadi langsung di Jakarta tanpa melibatkan Bogor.
"Sekadar mengingatkan wahai Gub Jabar. Pada malam penggantian tahun 2020, beginilah kondisi hujan di Jakarta. Bukan di Depok/Bogor, dan kita semua tahu 1 Januari 2020 terjadi," jelasnya.
![Warga beraktivitas di tengah banjir yang melanda di Jalan Tipala, Makassar, Jakarta Timur, Senin (7/7/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/07/28637-banjir-jakarta-banjir-banjir-di-makassar-jakarta-timur-ilustrasi-banjir.jpg)
Dedi Mulyadi lantas diingatkan bahwa tidak semua peristiwa yang terjadi di Indonesia berkaitan dengan wilayah yang dipimpinnya.
"Wahai Gub Jawa Barat. Gak semua hal itu selalu tentang lo, tahu. Ini hujannya dan ini banjirnya. Tuh lihat, Bogor malah putih pucat nggak menghasilkan hujan," ujarnya.
Netizen lain menuliskan bahwa banjir Jakarta tidak hanya disebabkan oleh kiriman dari wilayah selatan, tetapi juga karena hujan lokal dan rob dari laut.
"Kalau Bogor direndahin, pasti bebas banjir kiriman," tulisnya dengan nada sarkastik.
Sementara itu, ada juga yang mengkritik pernyataan Dedi karena dianggap tanpa data.
"Makanya selalu banjir. Yang jadi masalah tuh, banjirnya makin parah karena ada kiriman dari daerah sekitar plus surutnya nggak cepat. Belum lagi ada penurunan muka tanah setiap tahun. Aneh banget, asal bunyi nggak pakai riset,” tulis pengguna lain.
Sejak memimpin Jawa Barat, Dedi Mulyadi kerap ditudir melalukan pencitraan. Banyak yang menduga Dedi mulai membangun dukungan untuk maju Pilpres mendatang.
Kontributor : Chusnul Chotimah