Aphelion 2025: Bumi Berada di Titik Terjauh dari Matahari, Ini Dampaknya bagi Indonesia

Bella Suara.Com
Selasa, 08 Juli 2025 | 11:28 WIB
Aphelion 2025: Bumi Berada di Titik Terjauh dari Matahari, Ini Dampaknya bagi Indonesia
Ilustrasi aphelion - Jarak matahari dan bumi berada pada titik paling jauh. (Ist)

Suara.com - Fenomena astronomi tahunan bernama Aphelion kembali terjadi pada tahun 2025.

Momen ketika Bumi mencapai jarak terjauhnya dari Matahari ini terjadi pada Kamis, 4 Juli 2025 pukul 02.54 WIB.

Pada saat itu, jarak Bumi dan Matahari mencapai sekitar 152.087.738 kilometer, lebih jauh dibandingkan jarak rata-rata 149,6 juta kilometer.

Fenomena ini diperkirakan masih memberikan pengaruh hingga awal Agustus.

Meskipun terdengar sebagai kejadian luar angkasa yang jauh dari keseharian, Aphelion ternyata menyimpan sejumlah fakta menarik yang patut diketahui.

Berikut ini rangkuman ciri-ciri dan dampak dari fenomena Aphelion, khususnya di wilayah Indonesia.

Fakta-Fakta Menarik Seputar Aphelion

  1. Terjadi Sekali Setahun
    Aphelion merupakan peristiwa rutin tahunan yang biasanya terjadi pada awal Juli. Pasangannya adalah Perihelion, saat Bumi berada di titik terdekat dari Matahari, yang biasanya terjadi awal Januari.
  2. Tidak Bisa Dilihat Langsung
    Tidak seperti gerhana atau hujan meteor, Aphelion tidak bisa diamati langsung oleh mata telanjang. Perubahan jarak ini hanya bisa dihitung melalui observasi dan data astronomi.
  3. Ukuran Matahari Tampak Lebih Kecil
    Karena jaraknya lebih jauh, Matahari akan tampak sedikit lebih kecil di langit dibandingkan saat Perihelion. Namun, perubahan ini sangat kecil dan tidak mudah dikenali tanpa peralatan astronomi.
  4. Intensitas Cahaya Matahari Menurun Sekitar 7 Persen
    Dengan jarak yang lebih jauh, energi Matahari yang diterima Bumi berkurang sekitar 6–7 persen. Meski begitu, penurunan ini tidak signifikan terhadap suhu harian global.
  5. Tidak Menyebabkan Suhu Ekstrem
    Perbedaan jarak ini bukan penyebab utama perubahan suhu drastis di permukaan Bumi, terutama di negara tropis seperti Indonesia.

Bagaimana Dampaknya di Indonesia?

Ilustrasi sinar matahari - Kebiasaan menghindari sinar matahari ternyata dapat mempercepat tanda penuaan karena tubuh kekurangan Vitamin D (Freepik)
Ilustrasi sinar matahari - Fenomena Aphelion, jarak matahari jauh dari bumi (Freepik)

Banyak masyarakat mengaitkan Aphelion dengan penurunan suhu, cuaca dingin, bahkan gangguan kesehatan seperti flu dan batuk.

Namun menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Aphelion tidak memberikan dampak langsung terhadap cuaca ataupun suhu di Indonesia.

BMKG menjelaskan bahwa suhu dingin yang kerap dirasakan pada Juli hingga Agustus, khususnya di wilayah seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, justru disebabkan oleh angin muson timur.

Baca Juga: Jabodetabek Siaga! BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

Angin ini berasal dari benua Australia yang sedang berada dalam musim dingin, membawa udara dingin dan kering ke Indonesia.

Itulah sebabnya, udara terasa lebih sejuk—terutama pada malam hingga pagi hari—bukan karena Bumi menjauh dari Matahari, melainkan karena pengaruh musiman yang memang terjadi tiap tahun.

Apakah Aphelion Berbahaya?

BMKG menegaskan bahwa Aphelion bukan fenomena yang berbahaya.

Tidak ada kaitan langsung antara Aphelion dengan cuaca ekstrem, bencana, maupun gangguan kesehatan massal.

Fenomena ini adalah bagian dari siklus orbit Bumi yang alami dan bisa dijadikan momen edukatif untuk memahami dinamika tata surya.

Fenomena Aphelion 2025 mengingatkan kita bahwa Bumi tidak mengelilingi Matahari dalam lingkaran sempurna, melainkan elips.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI