Ia juga menambahkan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah membahas kasus ini dengan Presiden Brasil untuk menjaga hubungan baik antar kedua negara.
Dari sisi teknis evakuasi, Kepala Basarnas Marsekal Madya Mohammad Syafii menyatakan pihaknya telah bekerja sesuai prosedur.
"Saya rasa Basarnas akan menyampaikan sesuai porsi Basarnas. Basarnas melaksanakan tugas kemanusiaan diawali sejak informasi diberikan sampai korban bisa dievakuasi," tegas Syafii.
Ia mengakui adanya kendala cuaca dan medan berat yang membuat proses evakuasi memakan waktu empat hari.

Ketua Komisi VII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, juga angkat bicara dan meminta pemerintah untuk mempersiapkan diri.
"Pemerintah kita harus mengikuti perkembangan kasus ini dengan baik dan hati-hati. Indonesia harus bersiap menghadapi gugatan yang akan diajukan. Perlu dipersiapkan bukti dan fakta terkait musibah itu," ujar Saleh.
Potensi Dampak dan Masa Depan Kasus
Kasus ini menjadi preseden penting mengenai tanggung jawab keselamatan dalam pariwisata alam di Indonesia.
Meskipun pemerintah menganggapnya sebagai kecelakaan murni, desakan dari pihak Brasil untuk penyelidikan lebih lanjut menempatkan standar operasional prosedur (SOP) pendakian dan penyelamatan di Indonesia di bawah sorotan internasional.
Baca Juga: Momen Prabowo Hadiri KTT BRICS di Brasil
Hasil dari autopsi kedua dan penyelidikan oleh Kepolisian Federal Brasil akan menjadi faktor penentu apakah kasus ini akan benar-benar dibawa ke forum hukum internasional.
Apapun hasilnya, insiden Juliana Marins menjadi pengingat krusial akan pentingnya peningkatan standar keamanan dan keselamatan bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.