suara hijau

Upaya Kurangi Sampah Plastik, Indonesia Masih Hadapi Tantangan Besar dalam Daur Ulang

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 09 Juli 2025 | 13:58 WIB
Upaya Kurangi Sampah Plastik, Indonesia Masih Hadapi Tantangan Besar dalam Daur Ulang
Ilustrasi sampah plastik. (Pixabay/Matthew Gollop)

Suara.com - Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk menekan polusi plastik dan mempercepat transisi menuju ekonomi sirkular.

Pemerintah menargetkan pengurangan timbunan sampah sebesar 30 persen dan pengurangan sampah plastik di laut hingga 70 persen pada 2025, serta mencapai tingkat polusi plastik mendekati nol pada 2040. Untuk itu, pengolahan sampah ditargetkan meningkat hingga 70 persen.

Namun, kenyataan di lapangan masih jauh dari harapan. Tingkat daur ulang plastik di Indonesia baru mencapai sekitar 10 persen, terpaut jauh dari target nasional. Masih rendahnya infrastruktur pengelolaan limbah menjadi salah satu penyebab utamanya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, PCX Markets, sebuah platform global yang menyediakan layanan pengurangan penggunaan plastik dan pendanaan pengelolaan limbah plastik, mengumumkan peluncuran PCX Circular Plastic di Indonesia.

Ilustrasi sampah plastik. (Dok: KPPLI)
Ilustrasi sampah plastik. (Dok: KPPLI)

Inisiatif ini menawarkan akses bagi perusahaan terhadap resin plastik daur ulang yang telah diverifikasi secara menyeluruh, sekaligus mendukung proyek pembersihan limbah plastik yang telah diaudit.

PCX Circular Plastic memastikan bahwa plastik daur ulang yang dibeli perusahaan berasal dari proyek yang telah memenuhi standar lingkungan dan sosial pihak ketiga. Prosesnya transparan dan dapat ditelusuri.

“Dengan memilih PCX Circular Plastic, bisnis menjadi bagian dari ekosistem global yang mempercepat transisi menuju ekonomi sirkular,” ujar Sebastian DiGrande, Chief Executive Officer PCX Markets.

“Saat bisnis berinvestasi dalam solusi ini, mereka tidak hanya memenuhi target kandungan daur ulang, tetapi juga menutup kesenjangan pendanaan untuk solusi pengelolaan limbah di wilayah yang paling membutuhkan, serta menciptakan lapangan kerja di komunitas yang paling terdampak oleh krisis polusi plastik. Di Indonesia, artinya perusahaan dapat mendukung proyek-proyek lokal dan memastikan investasinya berdampak langsung bagi solusi pengelolaan limbah dalam negeri.”

Sejak 1950-an, dunia telah memproduksi sekitar 9 miliar ton plastik, tetapi hanya 9 persen yang berhasil didaur ulang. Sebagian besar sisanya berakhir di tempat pembuangan akhir, dibakar, atau mencemari lingkungan.

Baca Juga: Greenpeace Ungkap Kegagalan Peta Jalan Sampah Plastik, Desak Industri Ambil Tanggung Jawab

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa untuk menghentikan polusi plastik pada 2040, dunia membutuhkan investasi global sebesar US$1,64 triliun. Kebutuhan ini paling besar di negara-negara Global South, termasuk Indonesia, yang infrastruktur pengelolaan sampahnya masih minim.

Sayangnya, data dari The Circulate Initiative menunjukkan bahwa negara-negara berkembang hanya menerima sekitar 6 persen dari total investasi global dalam ekonomi sirkular plastik antara 2018 hingga 2023.

Laporan Bank Dunia menyebutkan, terdapat kesenjangan pendanaan sebesar US$28–$40 per ton untuk pengumpulan sampah, serta US$24–$40 per ton untuk infrastruktur daur ulang di negara seperti Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Melalui model yang menggabungkan kredit plastik dan resin daur ulang dari mitra proyek yang sama, PCX Markets menawarkan pendekatan yang dapat dilacak, diaudit, dan memenuhi target pengurangan plastik murni di hulu maupun pengolahan plastik di hilir.

Solusi ini juga mendukung perusahaan agar dapat mematuhi regulasi pemerintah Indonesia, termasuk kewajiban penggunaan minimal 50 persen kandungan daur ulang untuk semua jenis plastik pada 2029, kemasan yang sepenuhnya dapat didaur ulang, serta penerapan sistem Extended Producer Responsibility (EPR).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI