Suara.com - Momen penuh haru dan tawa mewarnai prosesi wisuda Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Periode I Tahun 2025 yang digelar di Selecta Convention Hall, Medan, Selasa (8/7/2025).
Salah satu peristiwa paling menyentuh perhatian publik datang dari Laura Amandasari, mahasiswi Kristen Protestan dari Fakultas Hukum UMSU yang dinobatkan sebagai lulusan terbaik.
Pidato perpisahan Laura menjadi viral di media sosial setelah menyampaikan pantun jenaka yang menyentuh hati sekaligus mengundang gelak tawa ribuan hadirin. Video Laura berpidato pun viral di jagat media sosial.
Dengan mata berkaca-kaca, Laura berbicara tentang pengalaman toleransi antarumat beragama selama menjalani studi di kampus Islam itu.
“Dari Klaten ke Argentina, tidak lupa ke kota Kudus. Agar si Kristen ini tidak ke mana-mana, adakah S2 beasiswa, Pak, sampai lulus?” ucapnya disambut tawa dan tepuk tangan ribuan hadirin.
Momen tersebut menjadi semakin berkesan ketika Rektor UMSU, Prof Dr Agussani, MAP, langsung membalas pantun itu dengan antusias.
“Terbang tinggi si burung cendana, terbang berikut si burung tempua. Laura jangan ke mana-mana, ananda telah resmi menjadi mahasiswa S2,” ujarnya.
Reaksi spontan sang Rektor juga direspons positif oleh para tamu undangan, termasuk Mendikdasmen Abdul Mu’ti.
“Tadi ada pantun dari Klaten ke Argentina. Insyaallah aspirasinya bisa dipenuhi Pak Rektor,” ucapnya.
“Kalau tidak, saya akan gunakan otoritas saya sebagai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah,” katanya berseloroh.
Berkat video itu, banyak yang memuji komitmen UMSU dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan menghargai keberagaman di Indonesia.
Kisah Inspiratif Mahasiswi Kristen di Kampus Muhammadiyah
Kisah Laura tak berhenti pada panggung wisuda. Sejak awal masuk UMSU, ia sempat ragu karena berasal dari keluarga Kristen Protestan.
Namun keraguan itu segera hilang ketika ia merasa diterima dan diperlakukan setara di kampus yang mayoritas dihuni oleh mahasiswa Muslim.
“Awalnya saya ragu karena perbedaan, tetapi saya justru menemukan rumah kedua di UMSU. Kampus ini tidak hanya menjadikan toleransi sebagai jargon, tetapi sebagai praktik nyata,” kata Laura.