Seperti dalam kasus yang dianalisa oleh Bambang Widjojanto, cara TKP direkayasa seringkali mengandung pesan simbolik. Lakban di wajah adalah contoh sempurna.
Meskipun tujuannya adalah mengarahkan pada kesimpulan bunuh diri yang "aneh", pemilihan lakban itu sendiri adalah sebuah pesan—sebuah statement tentang pembungkaman.
Ini adalah lapisan komunikasi kedua yang ditujukan kepada lingkaran korban atau pihak lain yang dianggap "perlu" menerima pesan tersebut.
Bagaimana Investigasi Membongkarnya?
Kriminolog dan investigator yang berpengalaman dilatih untuk bersikap skeptis. Mereka menggunakan prinsip "Kontradiksi Forensik" untuk membongkar skenario palsu ini.
Beberapa hal yang mereka cari adalah:
Luka yang Tidak Sesuai: Apakah luka di tubuh korban konsisten dengan skenario bunuh diri? Misalnya, luka tembak di punggung tidak mungkin dilakukan sendiri. Luka lebam karena perlawanan (luka defensif) di tangan korban akan membantah narasi bunuh diri yang tenang.
Posisi Benda yang Janggal: Apakah posisi senjata atau alat yang digunakan masuk akal? Misalnya, jika seseorang gantung diri, apakah kursi yang digunakan untuk naik berada di posisi yang logis?
Bukti Mikroskopis: Jejak serat kain dari pakaian pelaku, jejak sepatu yang samar, atau DNA asing yang tertinggal di bawah kuku korban bisa membongkar kebohongan di TKP.
Baca Juga: Detik- detik Diplomat Kemlu Tewas dengan Wajah Dilakban: Misteri Smart Lock dan Pesan Ojol Terakhir
Analisis Psikologis (Psychological Autopsy): Penyelidik akan mewawancarai keluarga dan teman untuk memahami kondisi mental korban sebelum meninggal. Jika korban tidak menunjukkan tanda-tanda depresi atau niat bunuh diri, maka skenario tersebut menjadi sangat mencurigakan.
Kesimpulan
Jadi, ketika seorang kriminolog menyebut sebuah kasus sebagai "Locked-Room Mystery", ia tidak sedang berbicara tentang keajaiban.
Ia sedang menyatakan bahwa pelaku adalah individu yang cerdas, licik, dan terencana, yang telah berusaha sekuat tenaga untuk menjadikan TKP sebagai kebohongan terbesar dalam kasus tersebut.
Tugas investigator adalah menjadi lebih cerdas dari pelaku dan mampu membaca "kebenaran" di antara kebohongan yang telah disusun rapi.