Dakwah Zakir Naik Ramai Ditolak karena Dianggap Pemecah Belah, Tapi Bikin 2 Orang Mualaf di Malang

Bangun Santoso Suara.Com
Jum'at, 11 Juli 2025 | 11:54 WIB
Dakwah Zakir Naik Ramai Ditolak karena Dianggap Pemecah Belah, Tapi Bikin 2 Orang Mualaf di Malang
Ulama asal India, Zakir Naik di Jakarta, Jumat (31/3/2017). [Suara.com/Oke Atmaja]

Suara.com - Pendakwah kontroversial asal India, Zakir Naik, kembali mengundang polemik dalam safari dakwahnya di Indonesia. Meski sempat diwarnai penolakan keras di Malang, Jawa Timur, ceramahnya pada Kamis (10/07) malam justru berakhir dengan dua orang mengucap syahadat.

Melansir laporan BBC News Indonesia, Jumat (11/7/2025), ribuan simpatisan memadati Stadion Gajayana, penasaran dengan isi dakwah pria yang kerap memicu perdebatan sengit seputar perbandingan agama.

Salah satu yang hadir adalah Nana Sari. Ia duduk di barisan paling depan, tampil mencolok dengan rambut terurai di tengah lautan jilbab.

"Saya mengikuti Dr Zakir Naik sudah lama, sejak beliau viral di YouTube. Saya mengagumi keahlian beliau menghafal kitab-kitab agama di dunia," ujar Nana kepada BBC News Indonesia.

Namun, di balik antusiasme itu, muncul suara-suara penolakan yang tak kalah kencang.

Ditolak Keras, Dianggap Tak Sejalan dengan Toleransi

Sebelum acara digelar, komunitas Arek Malang Bersuara lantang menyuarakan penolakan. Mereka bahkan memasang spanduk di depan gedung DPRD Kota Malang.

"Zakir Naik adalah pembicara yang dalam orasi ceramahnya kerap menimbulkan kontroversi, terutama terkait isu-isu sensitif antar umat beragama," ujar juru bicara Arek Malang Bersuara, Abdul Aziz Masrib.

Menurutnya, beberapa pernyataan Zakir Naik di masa lalu dianggap tidak sejalan dengan semangat toleransi di Malang.

Baca Juga: Arek Malang Tolak Zakir Naik: Benarkah Dakwahnya Provokatif? Ini 5 Poin Kontroversialnya

"Beberapa pernyataan dan pandangannya di masa lalu telah dianggap memecah belah dan tidak sejalan dengan semangat toleransi serta kerukunan lintas agama yang selama ini dijunjung tinggi di Indonesia, khususnya di Kota Malang," klaim dia.

Sikap hati-hati juga datang dari Ketua PCNU Kota Malang, Gus Isroqunnajah, yang khawatir sesi tanya jawab yang terlalu panjang bisa memicu kegaduhan.

Apa Sebenarnya Isi Ceramah Zakir Naik?

Di Malang, Zakir Naik memfokuskan ceramahnya pada sosok Nabi Muhammad SAW dari perspektif berbagai kitab suci.

"Kita tidak bisa memaksa kaum non-Muslim untuk membaca Al-Qur'an dan untuk percaya bahwa Al-Qur'an adalah firman Tuhan," ujarnya di awal dakwah.

Ia melanjutkan, siapa pun yang membaca Al-Qur'an dengan pikiran terbuka "pasti akan setuju" bahwa kitab suci itu adalah "firman Allah SWT".

Ribuan peserta hadir di acara ceramah Zakir Naik di Edutorium UMS. (Suara.com/Ari Welianto)
Ribuan peserta hadir di acara ceramah Zakir Naik di Edutorium UMS. (Suara.com/Ari Welianto)

"Jadi hari ini kita akan mencoba membuktikan kepada kaum non-Muslim dari kitab suci mereka bahwa Nabi Muhammad SAW diutus oleh Tuhan sebagai rasul untuk seluruh umat manusia," katanya.

Berdasarkan pantauan di lokasi, setidaknya ada dua orang yang mengucapkan kalimat syahadat setelah berdialog dengannya dalam acara yang berlangsung selama tiga jam tersebut.

Kata Para Pengamat: Eksklusif tapi Bukan Radikal

Rekam jejak Zakir Naik memang penuh polemik. Ia dilarang berceramah di Kanada dan Bangladesh, serta menghadapi tuduhan penyebaran kebencian dan pencucian uang di negara asalnya, India.

Pengamat keagamaan dari Universitas Paramadina, Budhy Munawar Rachman, menyebut gaya dakwah Zakir Naik "tidak cocok dengan visi Islam Indonesia yang mengedepankan moderasi beragama".

"Pendekatan [Zakir Naik] itu terlalu melihat agama, dalam hal ini Islam, sebagai satu-satunya kebenaran, dan tidak ada kebenaran di agama yang lain," tutur Budhy.

Meski demikian, Budhy menekankan bahwa Zakir Naik bukanlah sosok yang menganjurkan kekerasan.

"Dia bukan radikal, hanya eksklusif, cenderung intoleran," ujarnya.

Sementara itu, pengamat terorisme, Al-Chaidar, melihat dakwah komparatif ini sebagai bagian dari "rasionalisme beragama". Ia juga menegaskan bahwa meski namanya kerap dikaitkan dengan kelompok militan, pendakwah itu sejatinya tidak setuju dengan tafsiran radikal.

"[Sosoknya] sangat sederhana, sangat lembut, dan tidak radikal sama sekali," ujarnya.

Menanggapi polemik ini, publik disarankan untuk bersikap proporsional dan kritis.

"Tanpa terjebak pada dua ekstrem: terlalu memuja atau terlalu membenci," ujar Budhy.
"Jangan menelan mentah-mentah, tapi juga jangan langsung menolak tanpa mendengarkan," tambah dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI