Dari autopsi akan diketahui apakah ada tanda-tanda kekerasan, racun, atau penyebab lain seperti asfiksia (kesulitan bernapas) akibat lakban.
3. Analisis Rekaman CCTV Secara Detail
Di era digital, CCTV adalah saksi bisu yang sangat berharga. Penyidik, kata Bekto, harus meneliti rekaman CCTV di sekitar lokasi dengan sangat detail. Ini bukan hanya soal melihat siapa yang datang dan pergi, tetapi juga menganalisis waktu kejadian yang sinkron dengan perkiraan waktu kematian dari hasil autopsi.
Aktivitas mencurigakan, sekecil apa pun, bisa menjadi petunjuk penting.
4. Forensik Digital pada Gawai Korban
Handphone korban adalah kotak pandora yang bisa membuka seluruh misteri. Bekto menyoroti pentingnya pemeriksaan digital forensik terhadap gawai milik korban dan orang-orang yang terhubung dengannya.
"Bagaimana pemeriksaan HP korban dan orang-orang yang terhubung dengan korban," katanya. Jejak digital seperti riwayat panggilan (masuk dan keluar), pesan teks, WhatsApp, hingga lokasi terakhir bisa memberikan gambaran mengenai aktivitas dan dengan siapa saja korban berinteraksi sebelum tewas.
5. Keterangan Para Saksi Kunci
Terakhir, namun tak kalah penting, adalah keterangan dari para saksi. Polisi harus menggali informasi dari orang-orang yang terakhir kali berinteraksi dengan korban.
Baca Juga: Kasus Diplomat Tewas: Bekto Suprapto Curigai Lakban di Kepala, Bunuh Diri Tak Masuk Akal?
Keterangan ini harus dikonfrontasi silang dengan bukti-bukti lain yang ditemukan, seperti data dari TKP dan analisis digital, untuk membangun rangkaian peristiwa yang utuh dan akurat.
Dengan fokus pada kelima hal ini, Bekto sangat yakin, "tidak terlalu lama, ini akan terungkap nanti