5 Kunci Ungkap Kematian Janggal Diplomat Muda Menurut Mantan Wakabareskrim

Tasmalinda Suara.Com
Senin, 14 Juli 2025 | 14:41 WIB
5 Kunci Ungkap Kematian Janggal Diplomat Muda Menurut Mantan Wakabareskrim
Diplomat Muda Kemlu RI Arya Daru Pangayunan terlihat masih hidup dan sempat membuang sesuatu dalam plastik hitam pada Senin (7/7/2025) tengah malam Pukul 23.23 WIB.

Suara.com - Kasus kematian janggal seorang diplomat muda, Arya Daru Pangayunan, yang ditemukan tewas dengan kepala terlakban di kamar kosnya yang terkunci dari dalam, masih menyisakan teka-teki besar.

Publik bertanya-tanya, apakah ini murni bunuh diri atau ada skenario pembunuhan yang rapi?

Menanggapi kerumitan kasus ini, Mantan Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal atau Wakabareskrim Polri, Irjen Pol (Purn) Bekto Suprapto, angkat bicara.

Dengan pengalamannya yang luas di dunia reserse, Bekto menegaskan bahwa kasus seperti ini sebenarnya "mudah diungkap" selama penyidik fokus dan jeli.

Menurutnya, ada beberapa pilar fundamental dalam investigasi yang jika dilakukan dengan benar, akan membawa titik terang.

"Kasus ini mudah diungkap selama penyidik fokus, penyidik betul-betul kepingin tahu, betul-betul jeli," ujar Bekto dalam sebuah wawancara di kabarpetang TVone.

Lalu, apa saja kunci utama yang harus dipegang teguh oleh tim investigasi menurut jenderal purnawirawan ini?

Berikut adalah lima poin krusial yang diungkapkan oleh Bekto Suprapto:

1. Olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) yang Sempurna

Baca Juga: Kasus Diplomat Tewas: Bekto Suprapto Curigai Lakban di Kepala, Bunuh Diri Tak Masuk Akal?

Bagi Bekto, TKP adalah kunci utama. Menurutnya, polisi harus memotret TKP secara menyeluruh, dari sudut panoramik hingga detail terkecil.

"Kunci dari mengungkapkan kasus kematian terletak bagaimana polisi mengolah tempat kejadian perkara," tegasnya.

Foto, menurutnya, adalah bukti yang tidak pernah berbohong. Setiap detail, mulai dari posisi korban, barang-barang di sekitar, hingga letak lakban, harus didokumentasikan tanpa cela.

2. Autopsi Mayat yang Mendalam

Pilar kedua adalah autopsi. Bekto menekankan bahwa mayat tidak bisa berbohong, berbeda dengan manusia yang masih hidup. Autopsi forensik yang komprehensif akan menjawab dua pertanyaan vital: apa penyebab kematian dan kapan perkiraan waktu kematian.

"Mayat tidak akan berbohong. Waktu hidup dia bisa berbohong, mayat tidak bisa berbohong," jelasnya.

Dari autopsi akan diketahui apakah ada tanda-tanda kekerasan, racun, atau penyebab lain seperti asfiksia (kesulitan bernapas) akibat lakban.

3. Analisis Rekaman CCTV Secara Detail

Di era digital, CCTV adalah saksi bisu yang sangat berharga. Penyidik, kata Bekto, harus meneliti rekaman CCTV di sekitar lokasi dengan sangat detail. Ini bukan hanya soal melihat siapa yang datang dan pergi, tetapi juga menganalisis waktu kejadian yang sinkron dengan perkiraan waktu kematian dari hasil autopsi.

Aktivitas mencurigakan, sekecil apa pun, bisa menjadi petunjuk penting.

4. Forensik Digital pada Gawai Korban

Handphone korban adalah kotak pandora yang bisa membuka seluruh misteri. Bekto menyoroti pentingnya pemeriksaan digital forensik terhadap gawai milik korban dan orang-orang yang terhubung dengannya.

"Bagaimana pemeriksaan HP korban dan orang-orang yang terhubung dengan korban," katanya. Jejak digital seperti riwayat panggilan (masuk dan keluar), pesan teks, WhatsApp, hingga lokasi terakhir bisa memberikan gambaran mengenai aktivitas dan dengan siapa saja korban berinteraksi sebelum tewas.

5. Keterangan Para Saksi Kunci

Terakhir, namun tak kalah penting, adalah keterangan dari para saksi. Polisi harus menggali informasi dari orang-orang yang terakhir kali berinteraksi dengan korban.

Keterangan ini harus dikonfrontasi silang dengan bukti-bukti lain yang ditemukan, seperti data dari TKP dan analisis digital, untuk membangun rangkaian peristiwa yang utuh dan akurat.

Dengan fokus pada kelima hal ini, Bekto sangat yakin, "tidak terlalu lama, ini akan terungkap nanti

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI