Bukan Keluarga, Mengapa Empat Bocah Boyolali Ini Bisa Berakhir Dirantai di Rumah SP?

SumarniIsmail Suara.Com
Senin, 14 Juli 2025 | 15:38 WIB
Bukan Keluarga, Mengapa Empat Bocah Boyolali Ini Bisa Berakhir Dirantai di Rumah SP?
Bocah diduga mengalami penelantaran oleh lelaki berinisial SP (X)

Suara.com - Pertanyaan besar menyelimuti tragedi kemanusiaan yang terkuak di sebuah rumah sunyi di Desa Mojo, Andong, Boyolali.

Bagaimana mungkin empat anak laki-laki, yang tidak memiliki ikatan darah sama sekali dengan pemilik rumah, bisa berakhir dalam kondisi terikat rantai, kelaparan, dan penuh luka?

Kisah ini bukanlah tentang kenakalan anak yang dihukum, melainkan tentang kepercayaan yang dikhianati secara brutal.

Untuk memahami mengapa mereka berada di sana, kita harus mundur ke awal mula sebuah janji yang ditawarkan oleh SP, seorang pria berusia 65 tahun.

Berawal dari Janji Pendidikan Agama

Empat bocah dirantai, dibiarkan kelaparan, dan dieksploitasi oleh guru ngaji mereka SP (65) di Desa Mojo, Kecamatan Andong, Boyolali. [Suara.com]
Empat bocah dirantai, dibiarkan kelaparan, dan dieksploitasi oleh guru ngaji mereka SP (65) di Desa Mojo, Kecamatan Andong, Boyolali. [Suara.com]

Para korban, MAF  11 tahun dan adiknya VMR 6 tahun berasal dari Kabupaten Batang, sementara kakak beradik, SAW 14 tahun dan IAR tahun berasal dari Kabupaten Semarang.

Orang tua mereka, yang beberapa diantaranya dalam kondisi ekonomi terbatas dan bahkan dua di antaranya adalah yatim, menitipkan anak-anak mereka kepada SP.

Hal itu dilakukan dengan satu harapan mulia agar mereka bisa belajar mengaji dan memperdalam ilmu agama.

SP memposisikan dirinya sebagai seorang guru ngaji, figur yang dipercaya mampu memberikan bimbingan rohani.

Baca Juga: 6 Kekejian Guru Ngaji 4 Bocah Dirantai di Boyolali: Dibiarkan Kelaparan, Dijadikan Budak

Dengan iming-iming pendidikan agama inilah, para orang tua dari luar kota rela menyerahkan anak-anak mereka ke dalam asuhan SP, berharap sebuah masa depan yang lebih baik bagi putra-putra mereka.

Terbongkar karena Lapar yang Tak Tertahankan

Ilustrasi kaki anak-anak dirantai dan digembok (Shutterstock).
Ilustrasi kaki anak-anak dirantai dan digembok (Shutterstock).

Namun, harapan itu sirna, digantikan oleh kenyataan pahit yang tersembunyi rapat di balik pintu rumah SP.

Tirai kekejaman ini akhirnya tersingkap bukan oleh laporan orang dewasa, melainkan oleh aksi nekat salah satu korbannya.

Pada Minggu 13 Juli 2025 dini hari, MAF berhasil lolos dari rumah dan mencoba mencuri kotak amal masjid.

Ketika ditangkap warga, pengakuan MAF menyayat hati. Ia tidak mencuri untuk kesenangan, ia mencuri karena harus memberi makan adik-adiknya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI