'Perang Bubat' Jokowi vs Rakyat? Polemik Ijazah Palsu Memanas, Daftar Terlapor Membengkak

Rabu, 16 Juli 2025 | 13:45 WIB
'Perang Bubat' Jokowi vs Rakyat? Polemik Ijazah Palsu Memanas, Daftar Terlapor Membengkak
Kolase Ahmad Khozinudin dan Freddy Damanik soal pernyataan Jokowi merasa langkah politiknya di-downgrade. (YouTube)

Di sisi lain, kubu pendukung Jokowi memiliki pandangan yang berbeda 180 derajat.

Freddy Alex Damanik dari Projo menyatakan bahwa perluasan penyelidikan bukanlah inisiatif langsung dari Jokowi, melainkan merupakan pengembangan dari proses yang berjalan di kepolisian.

"Pak Jokowi tidak ada melaporkan nama-nama yang disebutkan tadi. Ini sudah masuk dalam proses penyidikan, berkembang, ada ditemukan dugaan tindak pidana di situ," bantah Freddy.

Lebih jauh, Freddy memandang bahwa langkah Jokowi adalah sebuah strategi politik yang cerdas.

Menurutnya, serangan yang datang bertubi-tubi, termasuk isu ijazah palsu, justru bisa dimanfaatkan untuk mendulang simpati publik.

Ia bahkan meragukan bahwa menunjukkan ijazah asli akan serta-merta menghentikan serangan.

"Publik saja tidak percaya kalau Pak Jokowi menunjukkan ijazah itu ini akan berhenti. Jadi itu bahkan akan dipakai lagi untuk membangun narasi-narasi berikutnya atau ketidakpercayaan-ketidakpercayaan berikutnya. Jadi kenapa Pak Jokowi harus di pengadilan? Walaupun nanti mereka tidak terima, tetapi setidaknya yang memutuskan itu lembaga yang resmi," jelas Freddy.

Bagi Projo, setiap serangan yang diarahkan ke Jokowi adalah kesempatan untuk mengelola isu menjadi keuntungan politik.

"Setiap serangan itu juga bisa berdampak positif ketika itu dimanfaatkan, tanda kutip. Pak Jokowi juga pasti sering melakukan itu," tambahnya.

Baca Juga: Bisa Kena Pidana Sebut Ijazah Jokowi Palsu, Roy Suryo Ketawa Ngakak Digertak Silfester Matutina

Pandangan ini menyiratkan bahwa polemik ijazah palsu telah menjadi arena pertarungan narasi yang kompleks.

Satu pihak melihatnya sebagai bentuk arogansi kekuasaan yang melawan kritik rakyat, sementara pihak lain menganggapnya sebagai permainan politik tingkat tinggi di mana setiap serangan dapat diubah menjadi amunisi untuk meraih dukungan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI