-Industri Farmasi: Digunakan sebagai bahan antiseptik dan perekat dalam perban bedah.
Faktanya, penelitian untuk mengembangkan produk turunan kemenyan di dalam negeri sudah berjalan.
Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli telah berhasil mengembangkan parfum dari minyak atsiri kemenyan dengan merek "Tobarium".
Inovasi ini membuktikan bahwa hilirisasi kemenyan bukan isapan jempol belaka.
Nikel: Raksasa Ekonomi dan Kebanggaan Nasional
Di sisi lain, nikel tak perlu diragukan lagi kontribusinya bagi perekonomian Indonesia.
Program hilirisasi nikel yang digalakkan pemerintah telah berhasil melambungkan nilai ekspor secara dramatis.
Pada tahun 2022, nilai ekspor produk turunan nikel mencapai US$33,81 miliar atau sekitar Rp504,2 triliun, meroket 745 persen dibandingkan tahun 2017 yang hanya mengekspor bahan mentah.
Hilirisasi nikel tidak hanya mendongkrak pendapatan negara, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah penghasil nikel seperti Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.
Baca Juga: Fatal! Dobrak Pintu Dikira Ada 'Pacar Gelap', Pria Ini Syok Tahu Siapa yang Dipukulnya
Keberhasilan ini menjadikan nikel sebagai simbol suksesnya kebijakan hilirisasi di Indonesia.
Analisis: Wacana Politis atau Visi Ekonomis?
Membandingkan kemenyan dan nikel secara langsung memang tidak sepenuhnya sepadan, mengingat skala industri dan nilai pasarnya yang terpaut jauh.
Namun, pernyataan Gibran dapat dimaknai sebagai upaya untuk membuka mata publik terhadap potensi komoditas non-tambang yang selama ini dianaktirikan.
Gagasan hilirisasi kemenyan bukanlah hal yang mengada-ada.
Data ekspor yang kuat dan adanya riset pengembangan produk menjadi bukti konkret potensinya.