Ketika sosok sekaliber Sofian Effendi angkat bicara, bobotnya berbeda. Pernyataannya yang menyiratkan keraguan atas ijazah Jokowi di sebuah kanal YouTube sontak menjadi amunisi bagi kelompok yang selama ini menyuarakan isu tersebut.
Kredibilitasnya sebagai mantan Rektor UGM dan arsitek birokrasi seketika menjadi "stempel" yang seolah membenarkan keraguan massa.
Inilah paradoks terbesarnya. Seorang profesor kebijakan publik yang selama 35 tahun berkutat dengan data, regulasi, dan pembuktian sistematis, tiba-tiba melontarkan tudingan di ruang publik yang kemudian ia akui tidak dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.
Langkahnya ini bukan hanya serangan politik biasa; ini adalah sebuah pertaruhan atas seluruh nama besar dan warisan yang telah ia bangun.
Reputasinya sebagai penjaga sistem kini berhadapan langsung dengan tindakannya yang justru menciptakan turbulensi dalam sistem kepercayaan publik.
Meskipun ia kemudian mencabut pernyataannya dan meminta maaf, jejak digital dan ingatan publik telah merekam episode ini.
Pencabutan itu memang meluruskan fakta, namun juga melahirkan pertanyaan baru tentang pertimbangan di balik pernyataan awalnya.
Bagi seorang suami dari Endira Liasweri dan ayah dari empat anak, episode ini menjadi catatan kaki yang tak terduga dalam sebuah biografi yang nyaris tanpa cela.
Baca Juga: Berbalik 180 Derajat, Mantan Rektor UGM Sofian Effendi Cabut Pernyataan Soal Ijazah Jokowi