Namun, jasad Arya ditemukan dalam posisi yang relatif rapi: telentang di bawah selimut dengan kaki tertekuk.
Kondisi ini tidak menunjukkan adanya pergulatan hebat, sebuah kejanggalan yang menguatkan dugaan bahwa ada pihak ketiga yang terlibat dalam kematiannya.
3. Rekaman CCTV yang Penuh Tanda Tanya
Harapan untuk menemukan petunjuk beralih ke CCTV, namun rekaman yang beredar justru menambah misteri.
Terlihat Arya masuk ke kamarnya seorang diri pada malam kejadian. Namun, ahli digital forensik Abimanyu Wahyu Hidayat menyoroti keanehan yang serius.
"Lucunya, date time stamp itu harusnya ada di pojokan situ. Eh pas giliran di-zoom, ikut loh date time stamp-nya ke mana-mana. Mustahil!" ujar Abimanyu.
Kejanggalan ini membuka dua kemungkinan mengerikan: rekaman yang beredar di publik telah dimanipulasi untuk menghilangkan jejak, atau sistem CCTV di lokasi memiliki blind spot (titik buta) yang berhasil dimanfaatkan oleh pelaku.
4. Benang Merah TPPO: Motif Pembungkaman yang Mengerikan
Fakta paling eksplosif yang terungkap adalah latar belakang Arya Daru. Ia bukan diplomat biasa, melainkan seorang saksi kunci dalam kasus besar Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Baca Juga: Kasus Diplomat Arya Daru Tewas Dilakban Mandek 2 Pekan: Benarkah Pesan Ancaman?
"Almarhum pernah menjadi saksi kasus TPPO," konfirmasi Direktur Perlindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha.
Latar belakang ini sontak mengarahkan spekulasi pada motif yang jauh lebih besar dari sekadar masalah personal.
Metode kematiannya—wajah dilakban—dianggap oleh aktivis HAM Bambang Widjojanto sebagai "simbol pembungkaman".
Ini adalah pesan ancaman yang jelas, tidak hanya untuk korban, tetapi juga untuk siapa pun yang mencoba mengungkap jaringan kejahatan tersebut.
5. Hasil Forensik yang Menjadi Kunci Bisu
Dua pekan berlalu, dan hasil akhir dari analisis forensik yang paling ditunggu-tunggu belum juga diumumkan. Kunci untuk memecahkan misteri ini ada di tangan para ahli.