Suara.com - Tembok yang seharusnya menjadi benteng ilmu dan moral di SMAN 4 Kota Serang kini runtuh oleh skandal memalukan.
Amarah para siswa dan alumni yang tak terbendung akhirnya meledak, membongkar dugaan praktik predator seksual dan pungutan liar yang dilakukan oleh oknum guru. Kasus ini kini menjadi bom waktu yang memaksa pemerintah dan aparat bertindak cepat.
Pemerintah Provinsi Banten telah menonaktifkan tiga guru, dan polisi telah mengonfirmasi adanya tindak pidana.
Berikut adalah 6 fakta kunci di balik skandal yang mengguncang dunia pendidikan Banten ini.
1. Bukti Mengerikan: Chat Guru Ajak Siswi ke Hotel Jadi Pemicu Amarah
Semua borok ini meledak ke publik bukan dari laporan resmi, melainkan dari keberanian siswa di media sosial melalui akun Instagram @savesmanfourkotser.
Puncaknya adalah aksi unjuk rasa siswa dan alumni di depan gerbang sekolah. Dalam aksi tersebut, mereka menyebarkan bukti paling telak: tangkapan layar percakapan WhatsApp dari seorang guru berinisial SJ yang diduga terang-terangan mengajak siswinya untuk menginap di hotel.
Bukti inilah yang menyulut api kemarahan dan menjadi simbol betapa rusaknya moral oknum pendidik tersebut.
2. Polisi Konfirmasi: Pelecehan Seksual Memang Terjadi!
Baca Juga: Lecehkan Keponakan Laki-laki dan Jual Foto Kemaluan, Paman Paruh Baya Ditangkap di Karawaci
Ini bukan lagi sekadar tuduhan. Unit PPA Satreskrim Polresta Serang Kota secara resmi menyimpulkan telah terjadi peristiwa pelecehan seksual di sekolah tersebut.
"Dari hasil penyelidikan, ada perbuatan yang mengarah ke pelecehan, namun tidak sampai pada persetubuhan," tegas Kepala Unit PPA, Ipda Febby Mufti Ali dikutip dari ANTARA.
Konfirmasi dari aparat ini menjadi pukulan telak bagi pihak sekolah dan memvalidasi perjuangan para korban dan siswa.
3. Reaksi Cepat Pemprov: 3 Guru Langsung Dilarang Mengajar
Digeruduk massa dan menjadi sorotan nasional, Pemprov Banten akhirnya mengambil langkah tegas. Tiga guru yang diduga terlibat langsung dinonaktifkan sementara dari jabatannya.
Mereka dilarang keras untuk mengajar selama proses investigasi dan pemeriksaan berlangsung.
"Ini perkara yang krusial. Bagaimanapun, guru itu harus jadi contoh," ujar Sekda Banten, Deden Apriandhi, dengan nada tegas.
4. Skandal Pungli Berkedok Program 'Mulia'
Ternyata, masalah di SMAN 4 Kota Serang tidak hanya soal pelecehan. Dalam aksinya, para siswa juga membongkar adanya dugaan pungutan liar (pungli) sistematis berkedok program "One Day One Thousand" (ODOT).
Siswa diwajibkan membayar iuran Rp1.000 per hari, namun penggunaannya sangat tidak transparan.
"Dana yang terkumpul dari siswa ini patut dipertanyakan penggunaannya, karena kami merasa manfaatnya tidak dinikmati kembali oleh siswa," ungkap koordinator aksi, Bagas Yulianto.
5. Pengakuan Pihak Sekolah: Program Pungli Langsung Dihentikan
Menghadapi tekanan hebat, Plt. Kepala SMAN 4 Kota Serang, Nurdiana Salam, mengakui adanya program kontroversial tersebut.
Ia berjanji telah mengambil langkah tegas dengan menghentikan program ODOT dan praktik jual beli modul LKS di sekolah.
"Jadi sudah tidak ada lagi modul LKS dan sebagainya, program ODOT juga sudah saya hentikan. Ini adalah bentuk kami mendengar aspirasi dari anak-anak," katanya.
6. Bom Waktu yang Terlambat Meledak
Salah satu fakta paling miris adalah pengakuan pihak Pemprov Banten bahwa kasus ini diduga telah terjadi sejak lama, bahkan dari tahun 2024, namun baru terungkap sekarang.
Sekda Deden Apriandhi menyesalkan keterlambatan laporan ini. “Kalau sudah terlalu lama, khawatirnya jadi bias. Tapi meskipun begitu, kami tetap berkomitmen mendalami dan menindaklanjuti kasus ini secara serius,” ujarnya.
Ini menunjukkan adanya kelemahan sistem pengawasan yang membuat para korban takut atau tidak tahu harus melapor ke mana.