Tangis Intan Mutiara Jadi Hoaks? Misteri Klarifikasi Utang Sekolah Rp 350 Ribu yang Viral

Tasmalinda Suara.Com
Rabu, 23 Juli 2025 | 17:41 WIB
Tangis Intan Mutiara Jadi Hoaks? Misteri Klarifikasi Utang Sekolah Rp 350 Ribu yang Viral
Intan yang harus putus sekolah karena malu terus ditagih uang Rp350 ribu

Suara.com - Kasus Intan Mutiara, siswi MTs yang putus sekolah karena utang Rp350 ribu, memasuki babak baru yang penuh kejanggalan.

Setelah video tangisnya viral dan memicu simpati nasional, tiba-tiba muncul video klarifikasi di mana Intan, dengan wajah datar, menyebut ceritanya sendiri sebagai "hoaks".

Perubahan narasi 180 derajat ini, alih-alih meredam suasana, justru menyulut amarah dan kecurigaan publik.

Ada apa sebenarnya di balik layar?

Pada video pertama, kita melihat seorang anak yang hancur hatinya, menangis tersedu-sedu karena malu dan impiannya bersekolah terancam.

Ia dengan jujur berkata, "Saya malu terhadap teman-teman sekolah pak, karena saat ditagih utang..." Emosinya tulus, ceritanya memilukan, dan menyentuh nurani terdalam kita.

Namun, selang beberapa hari, beredar video kedua. Kali ini, Intan didampingi oleh beberapa orang dewasa, termasuk pihak sekolah.

Dengan narasi yang terasa diatur, ia meminta maaf dan berkata, "Berita yang tersebar itu hoaks. Saya bilang ke bapak-bapak itu, saya tidak sekolah karena ingin bekerja dan meringankan beban ibu saya.”

Pernyataan ini dikuatkan dengan surat bermaterai yang ikut beredar—sebuah langkah formal yang terasa berlebihan untuk sebuah "klarifikasi" dari seorang anak.

Baca Juga: Dulu Tangkap Pungli di Aceh, Kini Tangkal Korupsi di Jakarta

Kejanggalan yang Mengundang Curiga

Publik tidak bodoh. Perubahan drastis ini melahirkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Mungkinkah seorang anak berusia 14 tahun dari keluarga kurang mampu memiliki kekuatan untuk melawan tekanan dari orang-orang dewasa dan pihak berwenang di sekitarnya?

Banyak yang menduga klarifikasi itu dibuat di bawah tekanan untuk menyelamatkan citra sekolah dan pihak terkait.

Penggunaan materai untuk pernyataan seorang anak adalah hal yang sangat tidak lazim. Ini seolah menjadi alat untuk "mengunci" narasi baru dan membungkam diskusi lebih lanjut, sebuah taktik yang seringkali justru menjadi bumerang.

Kontras antara emosi tulus di video pertama dan kekakuan di video kedua sangat mencolok. Warganet dengan jeli menyoroti tatapan mata dan intonasi Intan yang terasa tidak alami, seolah sedang membaca skrip.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI