5. Nasib Miris Civil Society: Ditinggal Donor Asing, Bertahan dengan Volunterisme

Di akhir diskusi, Ray Rangkuti mengupas kondisi kritis yang dialami lembaga masyarakat sipil (civil society) pro-demokrasi. Mereka kini menghadapi tantangan pendanaan yang serius.
Donor asing banyak yang menarik diri dengan anggapan demokrasi Indonesia sudah mapan, sebuah pandangan yang ironis di tengah berbagai tantangan saat ini.
"Lembaga-lembaga pro-demokrasi semakin sulit mendapatkan pendanaan dari luar negeri, terutama setelah era Trump dan karena Indonesia dianggap sudah mencapai kematangan demokrasi."
Namun, di tengah kesulitan itu, muncul semangat baru. Banyak gerakan kini berjalan secara mandiri dan volunter, didanai dari kantong sendiri demi menjaga api demokrasi tetap menyala.
"Banyak gerakan civil society saat ini berjalan secara volunter dan didanai sendiri karena kesadaran akan pentingnya menjaga demokrasi."
"NGO yang bergerak di isu demokrasi sudah sekitar 10 tahun terakhir tidak lagi menerima pendanaan asing secara signifikan."