5 Alasan Viral Rojali dan Rohana di Mal, Perilaku Konsumen Hanya Doyan Lihat-Lihat!

Riki Chandra Suara.Com
Jum'at, 25 Juli 2025 | 20:01 WIB
5 Alasan Viral Rojali dan Rohana di Mal, Perilaku Konsumen Hanya Doyan Lihat-Lihat!
Fenomena Rojali dan Rohana. [Dok. Antara]

Suara.com - Fenomena Rojali dan Rohana di mal atau rombongan jarang beli dan rombongan hanya nanya, kerap dijumpai di pusat-pusat perbelanjaan. Sekelompok orang datang, bertanya harga, mencoba produk, namun akhirnya tidak membeli apapun.

Menurut psikolog klinis dan forensik, Kasandra Putranto, fenomena ini berkaitan dengan berbagai aspek psikologis dan budaya masyarakat Indonesia.

Kasandra menyebutkan bahwa rojali dan rohana di mal bukan sekadar soal tidak mampu membeli. Aktivitas ini dapat mencerminkan kebutuhan sosial, pencitraan, hingga tekanan norma budaya.

Berikut ini lima alasan utama di balik perilaku tersebut:

1. Kebutuhan Sosial dan Aktualisasi Diri

Kasandra menjelaskan bahwa perilaku rojali di mal dapat dikaitkan dengan teori hierarki kebutuhan. Pergi ke mal bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan fisiologis seperti membeli barang, tapi juga menjadi bagian dari pencapaian kebutuhan sosial dan aktualisasi diri.

Aktivitas seperti berkumpul, refreshing, atau sekadar jalan-jalan bisa memberikan kepuasan emosional dan meningkatkan perasaan diterima dalam kelompok.

2. Strategi Pembentukan Citra Diri

Sering kali orang berpura-pura tertarik pada suatu barang atau bertingkah seperti calon pembeli, semata untuk membentuk citra diri. Tujuannya adalah terlihat memiliki daya beli di mata pramuniaga, teman, bahkan diri sendiri.

Menurut Kasandra, tindakan ini muncul dari keinginan untuk dihargai dan merasa selevel dengan lingkungan sosial yang konsumtif.

3. Perlindungan Harga Diri

Ketika seseorang menyadari dirinya tidak mampu membeli barang yang diinginkan, namun tetap ingin mempertahankan harga diri, maka ia akan melakukan tindakan seolah-olah membeli.

Ini adalah bentuk mekanisme pertahanan psikologis untuk menghindari rasa malu, kecewa, atau rendah diri. Kasandra menyebut ini sebagai bentuk konflik batin yang sering terjadi di lingkungan penuh tekanan sosial.

4. Pengaruh Norma Sosial dan Budaya

Dalam budaya Indonesia yang menjunjung tinggi kesopanan, sering kali pengunjung merasa tidak enak hati jika langsung menolak penawaran penjual. Oleh karena itu, mereka memilih berpura-pura tertarik agar tetap terlihat sopan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI